Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Lula da Silva (tengah) saat menggelar kampanye. (twitter.com/LulaOficial)
Lula da Silva (tengah) saat menggelar kampanye. (twitter.com/LulaOficial)

Jakarta, IDN Times - Pemilihan presiden Brasil putaran kedua resmi diselenggarakan pada Minggu (30/10/2022). Hasilnya, Luiz Inacio Lula da Silva resmi memenangkan pilpres Brasil lewat persaingan yang cukup ketat melawan capres petahana sayap kanan, Jair Bolsonaro. 

Pada pilpres putaran pertama, 11 kandidat ikut dalam acara demokrasi di Brasil tahun ini. Namun, dua kandidat utama, Lula dan Bolsonaro gagal memperoleh suara di atas 50 persen. Alhasil, kedua calon itu harus kembali bertarung di putaran kedua. 

1. Lula berhasil memperoleh suara 50,8 persen

Majunya Lula da Silva sebagai Presiden Brasil tahun ini diputuskan berdasarkan pernyataan dari Pengadilan Elektoral Brasil pada Minggu malam. Diketahui calon presiden sayap kiri itu memperoleh 50,9 persen, berbanding 49,1 persen yang didapat Bolsonaro.

Kembalinya Lula sebagai presiden ini bertepatan dengan 20 tahun terpilihnya eks presiden berusia 77 tahun itu di Brasil. Ini artinya capres dari Partai Pekerja itu akan memimpin Brasil ketiga kalinya. Rencananya, ia dilantik dan resmi menjabat pada 1 Januari 2023 nanti. 

"Mereka berusaha mengubur saya hidup-hidup dan saya tetap di sini," tutur Lula, ketika melangsungkan pidato di depan pendukungnya dan jurnalis, dilansir dari CNN.

"Mulai 1 Januari 2023, saya akan memimpin 215 juta penduduk Brasil, tidak hanya warga yang memilih saya dalam pilpres. Tidak ada lagi dua Brasil. Kita adalah satu negara, satu warga, satu negara besar," sambungnya. 

2. Pilpres paling ketat dan memecah Brasil jadi dua kubu

Pilpres Brasil tahun ini disebut sebagai pilpres putaran kedua yang paling ketat dalam beberapa tahun terakhir. Pasalnya, kedua kandidat hanya terpantau jarak 2 juta suara dari total 156 juta warga Brasil yang mempunyai hak pilih. 

Akibatnya, Lula sebagai pemenang harus mempersatukan kembali rakyat Brasil setelah terpecah oleh dua kubu. Polarisasi itu nampak dari perbedaan warga yang berpandangan konservatif dan pihak yang memiliki visi progresif. Perpecahan itu juga nampak dengan keberagaman etnis di Brasil, dilansir dari Mercopress.

Di sisi lain, Bolsonaro masih diam setelah pengumuman hasil pilpres pada Minggu malam. Bahkan, presiden sayap kanan itu tidak menghubungi Lula untuk menyatakan kekalahannya dan memberikan selamat kepada lawannya. 

Sedangkan, beberapa tim suksesnya sudah mengakui kekalahan dan menolak adanya klaim kecurangan dalam penyelenggaraan pilpres dengan alat elektronik ini. Pasalnya, Bolsonaro sempat akan menolak kekalahannya dan menyebut bahwa pilpres elektronik penuh kecurangan. 

3. Terdapat pemblokiran jalan di area basis pendukung Lula

Ketika penyelenggaraan pilpres, beredar isu bahwa Polisi Federal Jalan Raya (PRF) memblokir jalan di kawasan timur laut Brasil yang menjadi basis pendukung Lula da Silva. Hal Ini menyulut kekhawatiran dari warga akan keuntungan Jair Bolsonaro. 

Dilaporkan Reuters, PRF sudah melakukan pemblokiran jalan dan bus yang mengangkut warga yang akan ikut serta dalam pilpres. Tindakan ini menyulut kontroversi dan dugaan bahwa PRF menjadi pro-Bolsonaro dalam beberapa tahun belakangan ini, dan berusaha menekan angka pemilih Lula. 

Di sisi lain, PRF mengungkapkan bahwa tindakan ini berasal dari beberapa pejabat tinggi di setiap negara bagian. Pihaknya juga mengaku mengikuti semua aturan yang diterapkan oleh Pengadilan Elektoral Brasil (TSE). 

Kepala TSE, Alexandre de Moraes, mengatakan bahwa dugaan larangan memilih itu tidak benar. Ia menyebut bahwa pemblokiran jalan memang dilakukan, tapi tidak ada satu pun yang dicegah untuk memilih. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team