Usulan amandemen ini pertama kali digaungkan oleh mantan Perdana Menteri (PM) Kamboja, Hun Sen, yang kini menjabat sebagai Presiden Senat. Seruan tersebut ia sampaikan pada Juni sebagai respons atas kritik dari tokoh oposisi di pengasingan, dilansir CNA.
Para tokoh oposisi mengkritik cara pemerintah menangani sengketa perbatasan yang tengah berlangsung dengan Thailand. Salah satu figur yang menjadi sorotan Hun Sen adalah Sam Rainsy, pemimpin oposisi yang telah lama berada di pengasingan.
PM Hun Manet, putra Hun Sen, membela langkah ini dengan mengatakan bahwa banyak negara lain memiliki aturan serupa. Ia mengklaim ada sekitar 150 negara anggota PBB, termasuk Amerika Serikat, yang memiliki landasan hukum untuk mencabut kewarganegaraan.
Berbicara di hadapan warga, Hun Manet meminta masyarakat tidak perlu resah.
"Tapi jika Anda berkonspirasi dengan kekuatan asing untuk menghancurkan Kamboja, maka ya, baru Anda harus khawatir, dan dalam kasus itu Anda bukan orang Kamboja," tuturnya, dilansir ABC.