Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi bendera Kanada. (unsplash.com/Jason Hafso)

Jakarta, IDN Times - Pemerintah Kanada digugat oleh keluarga Palestina atas keterlambatan dalam penerbitan visa imigran khusus. Visa tersebut dimaksudkan untuk membantu mereka melarikan diri dari perang Israel di Jalur Gaza yang dilanda perang, dan menerima perlindungan sementara di Kanada.

Gugatan itu diajukan ke Pengadilan Federal Kanada pada bulan ini, atas nama 53 warga Palestina di Gaza yang memiliki anggota keluarga di Ksanada. Tuntutan itu menuduh bahwa program visa khusus negara tersebut telah terganggu oleh ketidakefisienan.

"Penundaan yang berkepanjangan ini telah membuat kerabat kami yang tinggal di Gaza, menghadapi kondisi yang mengancam jiwa dan tidak manusiawi di wilayah Palestina, tempat Israel telah membombardir kota-kota, lingkungan sekitar, dan kamp-kamp pengungsi selama 15 bulan," demikian pernyataan gugatan tersebut, dikutip dari Al Jazeera pada Kamis (20/2/2025).

1. Program imigrasi sementara khusus Kanada akan berakhir pada 22 April 2024

Seorang pengacara di Toronto yang mewakili keluarga Palestina, Hana Marku, menuturkan semua kliennya menyerahkan formulir yang menyatakan minatnya terhadap visa tersebut dalam bulan pertama peluncuran skema itu pada Januari 2024.

Tetapi, tak seorang pun menerima kode referensi unik yang dibutuhkan untuk melanjutkan ke tahap proses berikutnya, yakni pengajuan aplikasi visa Kanada kerabat mereka.

"Tidak ada alasan atau sebab yang jelas mengenai bagaimana kode-kode tersebut disebarkan. Fakta bahwa tidak ada transparansi di sini," ujarnya.

"Ini merupakan siksaan emosional bagi anggota keluarga Kanada yang telah memberikan komitmen finansial dengan keyakinan bahwa hal ini akan menciptakan peluang untuk mengeluarkan orang-orang yang mereka cintai dari Gaza," sambungnya.

Marku menambahkan, saat ini para pengacara sedang berjibaku dengan waktu, menunggu kode aplikasi sebelum program berakhir. Program tersebut akan ditutup setelah 5 ribu aplikasi telah mencapai tahap pemrosesan atau pada tanggal batas akhir 22 April 2024.

Kanada memiliki waktu 30 hari sejak gugatan diajukan pada 6 Februari guna menyerahkan tanggapannya. 

2. Proses program visa khusus Gaza membingungkan warga Palestina

Pada 9 Januari 2024, Ottawa meluncurkan program visa khusus Gaza, yakni beberapa bulan setelah perang Israel meletus di wilayah kantong Palestina tersebut.

Adanya program itu memungkinkan warga negara Kanada dan penduduk tetap untuk mengajukan permohonan membawa anggota keluarga besar dari Gaza ke Kanada. Nantinya, jika disetujui, pelamar yang berhasil akan menerima status penduduk sementara hingga 3 tahun.

Namun, sejak awal proses skema tersebut telah membingungkan keluarga dan pengacara imigrasi. Bahkan, pertanyaan-pertanyan invasif yang melampaui apa yang biasanya diperlukan, termasuk pertanyaan tentang bekas luka atau cedera yang memerlukan perawatan medis.

Mereka juga mengatakan Kanada tidak menjelaskan mengapa beberapa keluarga Palestina ada yang menerima kode untuk mengajukan permohonan mereka, sementara yang lainnya tidak.

Juru bicara Imigrasi, Pengungsi, dan Kewarganegaraan Kanada (IRCC) mengatakan bahwa mereka sedang meninjau sejumlah besar pengajuan tahap pertama. Pihaknya mengungkapkan waktu pemrosesan bervariasi menurut setiap kasus. IRCC juga menyatakan perpindahan keluar dari Gaza masih sangat sulit karena faktor-faktor di luar kendali Kanada. 

"Hingga 28 Januari, pemerintah telah menerima 4.873 permohonan visa Gaza untuk diproses," kata IRCC.

Sementara itu, di tanggal yang sama, sebanyak 1.093 orang yang meninggalkan Gaza tanpa bantuan dari otoritas Kanada telah disetujui untuk datang ke Kanada. Dari jumlah tersebut, 645 orang telah tiba di negara itu. 

3. Situasi terkini di Palestina

Kementerian Kesehatan Gaza telah mengonfirmasi bahwa perang Israel di Gaza telah menewaskan 48.319 warga Palestina, dan 111.749 orang terluka.

Pada Rabu (1/2/2025), kantor berita resmi Palestina WAFA melaporkan bahwa tentara Israel membunuh tiga warga Palestina di kamp Al-Far'a di Tepi Barat utara yang diduduki.

"Tiga warga negara, yang identitasnya belum diketahui, tewas pada Rabu malam setelah tentara Israel menyerang rumah yang dikepung dengan tembakan dan peluru, lalu menyita jasad mereka," kata WAFA, dikutip dari Anadolu Agency.

Sumber medis mengatakan, kru ambulans memasuki rumah tersebut setelah pasukan Israel mundur dan menemukan sisa-sisa jasad manusia dan jejak darah di dalamnya. 

Saksi mata mengungkapkan bahwa suara tembakan terdengar di sekitar rumah yang terkepung. Ini menunjukkan bentrokan bersenjata antara pasukan Israel dan warga Palestina yang terjebak di dalamnya.

Dengan insiden ini, jumlah warga Palestina yang terbunuh oleh pasukan Israel telah meningkat menjadi 59 orang, sejak militer Israel memperluas serangannya terhadap kamp-kamp pengungsi di Tepi Barat utara pada 21 Januari.

Dilaporkan, 920 warga Palestina tewas dan hampir 7.000 lainnya terluka dalam serangan oleh tentara Israel dan pemukim ilegal sejak dimulainya perang Gaza pada 7 Oktober 2023.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorRahmah N