UE Bakal Buat Doktrin Militer yang Anggap China-Rusia sebagai Musuh
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Jakarta, IDN Times - Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa (UE), Josep Borrell, menjelaskan bahwa blok tersebut membutuhkan sebuah doktrin militer terpadu. Pernyataan itu disampaikan Borrell pada Rabu (10/11/2021), setelah ia menilai bahwa Eropa sedang dalam bahaya akibat ancaman keamanan yang membutuhkan respons militer.
Dikutip dari Reuters, konsep doktrin militer Uni Eropa ini telah tertuang dalam sebuah dokumen khusus bertajuk 'Kompas/Arah Strategis' yang disusun oleh Borrell. Nantinya dokumen ini akan dibahas dalam pertemuan menteri luar negeri dan menteri pertahanan negara anggota UE pada Senin (15/11/2021).
1. Uni Eropa membutuhkan 5 ribu pasukan khusus
Meskipun mayoritas negara UE bergabung dengan Pakta Pertahanan NATO, namun banyak ahli yang menilai kontribusi itu tidak cukup. Sebagai kumpulan negara dengan kualitas militer terbaik di dunia, jumlah pasukan yang dimiliki negara-negara Eropa sendiri dianggap masih terlalu kecil.
Guna mendukung NATO dan keamanan regional Eropa, Borrell memperkirakan jika UE harus memiliki 5 ribu prajurit khusus. Pasukan ini akan menjadi prajurit taktis gerak cepat, yang siap ditugaskan di seluruh penjuru dunia dan Eropa di kala krisis melanda.
Terlihat seperti menggantikan peran NATO, Borrell menegaskan keberadaan Pasukan Khusus Uni Eropa tidak akan mengambil alih posisi NATO. Ia pastikan NATO akan tetap menjadi aliansi pertahanan satu-satunya yang dimiliki Eropa tanpa pengecualian.
Baca Juga: Rusia: Uni Eropa Harus Beri Bantuan Finansial ke Belarusia
2. Rusia dan China tetap menjadi ancaman utama
Editor’s picks
Dokumen Kompas/Arah Strategis Uni Eropa yang dirangkai Borrell ternyata masih melabeli dua negara ini sebagai ancaman utama.
Federasi Rusia dan Republik Rakyat China (RRC) disebutkan berkali-kali pada dokumen Borrell sebagai ancaman keamanan serius bagi persatuan UE, seperti yang dilansir dari Euractiv.
Kondisi ini terlihat sangat mirip dengan Dokumen Konsep Strategis NATO yang sudah terlebih dahulu menganggap Rusia dan Tiongkok sebagai "musuh".
Alasan Rusia dan China tetap dicantumkan dalam dokumen baru tersebut dikarenakan masing-masing negara mengancam kestabilan Eropa dengan caranya sendiri. Rusia diklaim sengaja mengancam keamanan perbatasan Eropa Timur melalui kekuatan militernya, sedangkan China mulai mendominasi Pasar Eropa dan semakin agresif di belahan dunia lain.
3. Ambisi Prancis dan Jerman memiliterisasi Eropa
Rencana pembentukan militer Uni Eropa pertama kali dicetuskan oleh Prancis dan Jerman sebagai anggota UE dan NATO. Paris serta Berlin menilai NATO semakin ke depan semakin tidak relevan dengan kepentingan regional Eropa, di mana Eropa harus berani memimpin dengan kekuatan militernya sendiri.
Program militerisasi Eropa sebenarnya sudah masuk dalam agenda Uni Eropa sejak 2017 silam, tetapi pembentukan satu batalion tempur pun belum pernah terealisasi.
UE sampai saat ini masih menggeluti kerja sama pengembangan senjata dan alutsista ketimbang mendirikan sebuah kesatuan militer yang bersifat regional.
Baca Juga: Gegara Imigran, Uni Eropa Sebut Pemimpin Belarusia sebagai Gangster
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.