Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi penjara (unsplash.com/Khashayar Kouchpeydeh)

Jakarta, IDN Times - Kelompok pertahanan sipil Suriah, White Helmet, mengungkapkan bahwa mereka sedang menyelidiki laporan dari para penyintas penjara Sednaya mengenai para tahanan yang dikurung di dalam sel bawah tanah yang tersembunyi.

Dalam pernyataan di media sosial X, kelompok itu mengatakan bahwa mereka telah mengerahkan lima tim darurat khusus ke Sednaya untuk mencari sel bawah tanah, dibantu seorang pemandu yang memahami tata letak penjara.

Sednaya, yang terletak 30 km di sebelah utara Damaskus, adalah salah satu penjara yang dibebaskan oleh pemberontak Suriah usai mereka mengambil alih negara tersebut dari rezim Presiden Bashar al-Assad. Video yang beredar di media sosial memperlihatkan ribuan orang meninggalkan penjara sambil berteriak kegirangan di jalanan. Banyak di antaranya telah dipenjara selama bertahun-tahun.

“Kami bersama rakyat Suriah merayakan berita pembebasan tahanan kami dan melepaskan belenggu mereka serta mengumumkan berakhirnya era ketidakadilan di penjara Sednaya,” kata pemberontak tak lama setelah mengambil alih penjara yang terkenal kejam tersebut pada Sabtu (7/12/204).

1. Damaskus minta mantan tentara dan petugas penjara berikan kode akses

Otoritas di Damaskus melaporkan bahwa upaya pembebasan para tahanan masih terus berlanjut. Beberapa orang di antaranya bahkan hampir mati lemas akibat kurangnya ventilasi.

Melalui media sosial, Pemerintah Daerah Pedesaan Damaskus meminta mantan tentara dan petugas penjara yang bekerja di rezim Assad untuk memberikan kode pintu bawah tanah elektronik kepada pasukan pemberontak. Mereka mengaku tidak dapat membuka pintu-pintu tersebut untuk membebaskan lebih dari 100 ribu tahanan yang terlihat di monitor CCTV.

Beberapa video yang beredar di media sosial menunjukkan sejumlah upaya untuk mengakses bagian bawah penjara Sednaya. Dalam salah satu video, seorang pria terlihat menggunakan tiang untuk merobohkan dinding, yang kemudian memperlihatkan ruangan gelap di baliknya.

“Tiga lantai di bawah tanah, ada penjara yang disebut penjara merah, belum dibuka. Mereka tidak bisa membukanya karena memerlukan mekanisme tertentu, dan tentara serta perwira yang dulu ada di sini sudah pergi," kata Omar Saoud, seorang aktivis setempat, dalam sebuah video dari lokasi kejadian.

2. Sednaya dikenal sebagai rumah jagal di Suriah

Penjara Sednaya dikenal sebagai rumah jagal manusia oleh warga Suriah dan organisasi hak asasi manusia. Amnesty International pada 2017 menyimpulkan, pelanggaran yang dilakukan pemerintah Suriah di Sednaya merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan.

"Pembunuhan, penyiksaan, penghilangan paksa, dan pemusnahan yang dilakukan di Saydnaya sejak 2011 telah dilaksanakan sebagai bagian dari serangan terhadap penduduk sipil yang bersifat meluas, sistematis, dan dilaksanakan untuk mendukung kebijakan negara," kata kelompok hak asasi manusia tersebut.

Omar al-Shogre termasuk salah seorang yang selamat dari kekejaman penjara Sednaya. Ia mendekam di sana selama 3 tahun saat masih remaja.

“Saya tahu rasa sakitnya, saya tahu kesepian dan juga keputusasaan yang Anda rasakan karena dunia membiarkan Anda menderita dan tidak melakukan apa pun untuk mengatasinya,” kata Shogre kepada BBC.

“Mereka memaksa sepupu saya yang sangat saya sayangi untuk menyiksa saya, dan mereka memaksa saya untuk menyiksanya. Jika tidak, kami berdua akan dieksekusi," tambahnya.

3. Puluhan ribu tahanan dieksekusi atau meninggal akibat penyiksaan sejak 2011

Pada 2022, Asosiasi Tahanan dan Orang Hilang di Penjara Sednaya (ADMSP) yang berbasis di Turki menyebut Sednaya secara efektif menjadi kamp kematian setelah perang saudara di Suriah pada 2011.

Lebih dari 30 ribu tahanan diperkirakan telah dieksekusi atau meninggal akibat penyiksaan, kurangnya perawatan medis atau kelaparan pada 2011-2018. Menurut kesaksian dari beberapa tahanan yang dibebaskan, sedikitnya 500 tahanan lainnya telah dieksekusi pada 2018-2021.

Penjara-penjara di Suriah, yang diperkirakan menampung 136 ribu orang hingga pekan lalu, merupakan simbol penindasan pemerintah yang membuat Suriah dijuluki sebagai "Kerajaan Keheningan”. Ribuan pengunjuk rasa ditangkap selama revolusi karena menentang pemerintah.

Dokumen yang bocor menunjukkan bahwa aparat keamanan Suriah menganggap penjara sebagai cara utama untuk menghancurkan perbedaan pendapat dan menghentikan momentum protes damai. Oleh sebab itu, jaringan besar cabang keamanan, pusat penahanan dan penjara diterapkan secara luas.

“Banyak dari mereka yang sebelumnya dihilangkan secara paksa, kami menemukan bahwa mereka telah dibunuh. Sejumlah besar orang terbunuh akibat penyiksaan,” kata Fadel Abdulghany, pendiri Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah yang berasal dari Hama, dilansir dari The Guardian.

Menurutnya, meskipun pembebasan tahanan politik harus dirayakan dan didorong, pembebasan massal tahanan secara sembarangan dapat menimbulkan risiko yang signifikan, terutama jika pelaku kriminal juga dibebaskan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorFatimah