Sebuah tank militer milik Tiongkok tampak berada di pinggir jalan di Provinsi Xinjiang, Tiongkok. ANTARA FOTO/REUTERS/David Gray
Ozil sendiri mengunggah komentarnya dengan latar belakang bendera Turkistan Timur yang kini sudah tidak ada. Ia juga menggunakan Bahasa Turki. Ozil berkomentar bahwa warga Uighur "melawan pelaku persekusi yang mencoba memisahkan mereka dari agama mereka".
"Mereka membakar Quran. Mereka menutup masjib-masjid. Mereka melarang sekolah-sekolah. Mereka membunuh orang-orang suci. Mereka dipaksa masuk ke kamp-kamp dan keluarga mereka dipaksa tinggal bersama laki-laki Tiongkok. Para perempuan dipaksa menikahi laki-laki Tiongkok.
[Di Tiongkok] Quran dibakar, masjid ditutup, sekolah-sekolah yang mengajarkan Islam, madrasah dilarang, ulama dibunuh satu per satu. Meski demikian, para Muslim tetap diam."
Ini yang menyebabkan stasiun TV CCTV 5 memilih menayangkan siaran ulang rival Arsenal, Tottenham Hotspur, yang berhadapan dengan Wolverhampton Wanderers. Kepada media pemerintah Global Times, stasiun TV itu menilai pernyataan Ozil "mengecewakan penggemar dan otoritas pengurus sepak bola".
Dokumen yang bocor ke tangan International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ) pada November lalu menjelaskan dengan cukup detil apa yang diduga terjadi kepada Muslim Uighur dan minoritas lain di Xinjiang.
Apa yang terjadi di sana lebih mirip seperti penjara keamanan maksimum dibandingkan kamp vokasi seperti yang diklaim Beijing selama ini. Menurut laporan PBB, ada hampir satu juta warga Muslim yang berada di kamp detensi milik pemerintah.
Baca artikel menarik lainnya di IDN Times App, unduh di sini http://onelink.to/s2mwkb