pasukan Israel di perbatasan Suriah. (Israel Defense Forces, CC BY 2.0 , via Wikimedia Commons)
Sebelumnya, media Channel 12 News melaporkan, 100 warga Gaza akan dikirim ke Indonesia. Dengan dalih sudah bekerja sama dengan pemerintah Indonesia, mereka ingin mengirim warga Gaza keluar dari wilayah tersebut.
Inisiatif ini diawasi oleh Koordinator Kegiatan Pemerintah di Wilayah (COGAT), yang dipimpin oleh Ghassan Alian. Jika berhasil, tanggung jawab atas program tersebut akan dialihkan ke Direktorat Migrasi Israel, yang dibentuk oleh Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz.
Tujuan dari percontohan tersebut adalah untuk menunjukkan kelayakan migrasi sukarela dan mendorong ribuan warga Gaza untuk mengambil pekerjaan konstruksi di Indonesia, menurut laporan tersebut. Sementara hukum internasional mengizinkan mereka yang meninggalkan Gaza untuk bekerja untuk kembali, tujuan yang lebih luas adalah untuk memfasilitasi migrasi jangka panjang, bergantung pada kerja sama Indonesia.
Kabinet Keamanan Israel menyetujui usulan Katz untuk mendirikan direktorat baru di dalam kementerian guna memfasilitasi emigrasi sukarela penduduk dari Jalur Gaza.
“Direktorat yang baru dibentuk tersebut bertugas mengawasi perjalanan yang aman dan terkendali bagi penduduk Gaza untuk keberangkatan sukarela mereka," menurut pernyataan dari kantor Katz. Ini termasuk mengelola logistik seperti mengamankan rute pergerakan, memproses individu di titik penyeberangan yang ditentukan, dan mengoordinasikan infrastruktur yang diperlukan untuk mendukung perjalanan melalui darat, laut, dan udara.
Katz menekankan bahwa inisiatif tersebut sejalan dengan hukum internasional dan visi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. "Kami bekerja dengan segala cara untuk melaksanakan visi presiden AS, dan kami akan mengizinkan setiap penduduk Gaza yang ingin pindah ke negara bagian ketiga untuk melakukannya," kata Katz.