Mamdani merupakan anggota dari Democratic Socialists of America (DSA) sejak 2017 dan mengusung ideologi sosialisme demokrat. Inti dari sosialisme demokrat adalah mewujudkan masyarakat yang lebih egaliter dengan memberikan kontrol publik yang lebih besar terhadap sumber daya dan institusi. Gerakan ini tidak menuntut penghapusan total pasar bebas, melainkan mendorong agar kegiatan ekonomi diatur untuk kepentingan rakyat, bukan demi keuntungan.
Menurut pakar, Mamdani tidak mengadvokasi penghapusan kepemilikan pribadi atau kontrol negara atas semua industri, yang merupakan prinsip inti komunisme. Sosialis demokrat seperti Mamdani tetap berkomitmen pada proses demokrasi, mendengarkan pemilih, dan bersaing dalam pemilihan umum untuk mencapai kekuasaan. Tujuannya adalah reformasi dalam sistem yang ada, bukan revolusi total atau menggulingkan sistem politik.
Berbeda dengan sosialisme demokrat, komunisme mendasarkan diri pada ekonomi yang direncanakan secara terpusat tanpa adanya kekuatan pasar. Menurut Anna Grzymala-Busse, seorang profesor Universitas Stanford, konsep inti dari komunisme adalah kontrol satu partai tunggal terhadap masyarakat dan ekonomi, serta peniadaan oposisi dan pluralisme. Sosialisme demokrat justru muncul sebagai alternatif yang menolak konsep-konsep komunis seperti partai tunggal dan kepemilikan total negara atas alat produksi.
"Gagasan bahwa Mamdani adalah seorang komunis adalah fitnah yang tidak masuk akal,” ujar Geoffrey Kurtz, profesor di Borough of Manhattan Community College, dilansir Al Jazeera