Presiden Yoon menghadapi tuduhan pemberontakan terkait deklarasi darurat militer singkat pada 3 Desember 2024. Langkah ini memicu krisis politik besar setelah Yoon mengerahkan pasukan untuk mengepung Majelis Nasional, meski akhirnya dihentikan beberapa jam kemudian.
Pengadilan Konstitusional sedang mempertimbangkan keputusan untuk memberhentikan Yoon secara permanen atau membatalkan tuduhan terhadapnya. Jika surat penahanan berhasil dijalankan, Yoon akan menjadi presiden pertama dalam sejarah Korea Selatan yang ditahan.
Melansir Al Jazeera, hasil survei terbaru menunjukkan adanya tren yang menarik terkait dukungan terhadap Yoon dan partainya, People Power Party (PPP), di tengah proses hukum yang masih berlangsung.
Berdasarkan survei Gallup Korea yang dirilis pada Jumat (10/1/2025), sebanyak 64 persen responden menyatakan mendukung pencopotan Yoon dari jabatannya. Angka ini menunjukkan penurunan signifikan dibandingkan 75 persen yang tercatat setelah deklarasi darurat militer pada Desember 2024.
Sementara itu, dukungan terhadap PPP justru mengalami kenaikan, dengan persentase mencapai 34 persen, naik dari 24 persen yang tercatat sekitar satu bulan sebelumnya.