Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi (Unsplash.com/Aditya Joshi)
ilustrasi (Unsplash.com/Aditya Joshi)

Jakarta, IDN Times - Jika saat ini di Indonesia, perempuan memiliki hak untuk memilih dan dipilih dalam kepemiluan, dulu tidaklah seperti itu. Bahkan di lingkup sejarah global, perempuan menjadi objek diskriminasi karena tidak memiliki hak pilih.

Baru pada abad ke-19, perempuan mulai diakui hak pilihnya dalam menentukan arah politik sebuah negara. Tak hanya itu, kini perempuan juga memiliki hak untuk dipilih sebagai pemimpin.

Kiprah perempuan dalam kepemimpinan global, khususnya dalam dunia politik, terus menanjak. Beberapa negara terus mendorong perempuan untuk ikut andil menentukan arah bangsa, menjadi anggota parlemen atau pemimpin sebuah negara.

Berikut ini adalah lima negara di dunia yang memiliki komposisi 50 persen atau lebih perempuan di sektor legislatifnya.

1. Uni Emirat Arat (UEA) dengan 50 persen perempuan di parlemen

ilustrasi (Pexels.com/Artem Podrez)

Banyak negara di Timur Tengah didominasi oleh budaya patriarki. Ini tak terkecuali di bidang perpolitikan.

Namun di UEA, ada pemandangan yang berbeda. Negara kecil yang kaya itu menjadi negara terdepan di Timur Tengah, khususnya terkait porsi perempuan di parlemen. 

Federal National Council (FNC) adalah sebutan untuk parlemen UEA. Dibentuk tahun 1971 dan memiliki total 40 anggota. Dari jumlah tersebut, 50 persennya adalah perempuan.

Pada 2015, FNC memilih seorang perempuan bernama Amal al-Qubaisi untuk menjadi presiden parlemen. Itu menjadikan UEA sebagai negara Arab pertama yang memiliki pemimpin perempuan di majelis nasional. Dia menjabat sampai 2019

2. Meksiko memiliki 50 persen perempuan di Kongres

ilustrasi (Unsplash.com/Alexander Schimmeck)

Salah satu prestasi Meksiko adalah melibatkan perempuan untuk bersaing dengan lelaki di bidang politik. Dari 32 gubernur di Meksiko, tujuh di antaranya adalah perempuan.

Dan di Kongres Meksiko, ada 64 perempuan yang duduk di kursi dari total 128 anggota. Itu berarti komposisi perempuan di Kongres Meksiko adalah 50 persen.

Undang-undang kesetaraan gender yang diamanatkan oleh pemerintah federal Meksiko, telah memposisikan perempuan di negara itu memiliki kesempatan bertarung secara adil dengan lelaki dalam percaturan politik.

Di tataran yudikatif, perempuan Meksiko juga semakin dilibatkan. Dari total 11 Hakim Agung, empat di antaranya adalah perempuan. Presiden Meksiko Lopez Obrador disebut menekankan untuk mempromosikan perempuan di kabinetnya.

3. Sebanyak 51 persen parlemen Nikaragua diisi oleh perempuan

ilustrasi Nikaragua (Pexels.com/ROBERTO ZUNIGA)

Di Amerika Tengah, tepatnya di Nikaragua, negara itu juga memiliki prestasi dengan partisipasi aktif perempuan dalam politik. Data 2021 menujukkan, ada 47 perempuan yang menjadi anggota Majelis Nasional (Asamblea Nacional) dari total 91 kursi yang diperebutkan.

Itu berarti, perempuan di Nikaragua mengambil porsi 51,65 persen, lebih banyak jika dibandingkan dengan lelaki.

Keterlibatan perempuan yang menonjol dalam politik di Nikaragua didasarkan pada Undang-Undang Pemilu di negara itu. Partai politik atau gabungan partai politik yang berpartisipasi dalam pemilu Majelis Nasional harus memasukkan 50 persen caleg perempuan.

4. Sekitar 53 persen perempuan duduk di parlemen Kuba

ilustrasi (Unsplash.com/Marco Oriolesi)

Di sebelah timur Amerika Tengah, ada barisan pulau-pulau yang disebut Kepulauan Karibia. Dari kepulauan tersebut, ada satu negara yang kerap bersitegang dengan Amerika Serikat (AS), yakni Kuba.

Sering disebut memiliki banyak pengaruh ideologi komunis, Kuba adalah salah satu negara di dunia yang para perempuannya sangat aktif dalam berpolitik. Parlemen Kuba, disebut Asamblea Nacional del Poder Popular, memiliki 605 kursi yang diperebutkan oleh politisi.

Dilansir Inter-Paliamentary Union, perempuan mengambil porsi 53,41 persen di parlemen Kuba. Saat ini, politikus perempuan Ana Maria Mari Machado, duduk sebagai wakil presiden Majelis Nasional.

5. Rwanda jadi juara degan 61 persen perempuan di parlemen

ilustrasi Rwanda (Pixabay.com/Portraitor)

Dari lebih 190 negara di dunia yang diakui di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Rwanda menjadi negara dengan prestasi tertinggi untuk proporsi perempuan di legislatifnya. Presentase perempuan dalam parlemen di negara Afrika Tengah itu, sampai September 2022, adalah 61,25 persen.

Proporsi perempuan di parlemen Rwanda telah melampaui lebih dari 50 persen sejak 2008. Saat ini, Rwanda adalah salah satu pemimpin global dalam hal persentase jumlah perempuan di legislatif.

Bahkan, Rwanda juga memiliki parlemen yang relatif muda, dengan separuh wakilnya berusia di bawah 45 tahun.

Di Indonesia, keterwakilan perempuan di kursi legislatif DPR pusat adalah 20,8 persen. Ada 120 orang yang terpilih menjadi anggota legislatif dalam Pemilu 2019.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team