Keren! Zambia Buat Bahan Bakar dari Ban Bekas dan Limbah Plastik

Jakarta, IDN Times – Ban bekas dan wadah plastik yang mengotori jalanan di pinggiran kota di Zambia barangkali cuma merusak pemandangan. Namun, bagi sebuah perusahaan, itu merupakan peluang untuk menciptakan bahan bakar yang dapat memangkas impor energi di negara tersebut.
Proyek itu diinisiasi oleh Zambia's Central African Renewable Energy Corp. Saat ini mereka dapat mengolah 1,5 ton limbah untuk membuat 600-700 liter solar dan bensin per hari dalam sebuah percobaan, seperti yang dikutip dari Reuters, Selasa (22/2/2022).
1. Perusahaan sedang mencari investor

Dengan kapasitas seperti itu, disebut hampir tidak cukup untuk mengurangi gunungan sampah atau tagihan impor bahan bakar senilai 1,4 milliar dollar AS di negara itu. Namun, bagi Chief Executive Mulenga Mulenga, ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar.
"Pada puncaknya, kami berharap dapat memberikan kontribusi bahkan 20-30 persen dari bahan bakar yang digunakan saat ini di negara ini," kata Mulenga, saat diwawancarai di pabriknya.
Perusahaan sedang mencari 60 juta dollar AS dalam bentuk investasi untuk meningkatkan produksi bahan bakar harian menjadi 400 ton solar, 125 ton bensin, dan 30 ton bahan bakar gas cair (LPG), katanya. Semuanya kira-kira merupakan setengah biaya dari bahan bakar impor.
2. Proses pembuatan bahan bakar

Dilansir laman Inclusive Business, proses pembuatan bahan bakar dari bahan semacam itu dilakukan dengan mencairkan plastik, ban, atau bahan polimer apapun, diikuti oleh pirolisis dan penguraian katalitik bahan untuk menghasilkan campuran cairan BBM.
Plastik dan karet terbuat dari hidrokarbon yang dapat dipanaskan dan dipecah menjadi sesuatu yang menyerupai minyak mentah. Dalam kasus plastik dan karet sintetis, itu adalah awalnya. Diperkirakan proses tersebut memiliki tingkat pemulihan 90 persen dari limbah menjadi energi.
3. Praktik semacam itu masih menuai perdebatan

Kendati dianggap ramah lingkungan, proyek semacam itu masih menuai perdebatan. Dari perspektif perubahan iklim, dibutuhkan banyak energi untuk mengubah sampah menjadi bahan bakar, dan produknya tetap melepaskan CO2 ke udara saat dibakar.
Pengelolaan sampah merupakan tantangan serius bagi Zambia. Di negara itu, sekitar enam ton limbah polimer dibuang ke lingkungan setiap hari di tempat pembuangan sampah atau dibakar, dan tindakan itu melepaskan asap beracun ke atmosfer.
Oleh sebab itu, para pendukung menyarankan bahwa jika orang masih menggunakan bahan bakar, lebih baik bahan bakar itu berasal dari sampah daur ulang.
“Kami membersihkan lingkungan dengan membuang semua limbah ini dan mengubahnya menjadi energi,” kata Mulenga.