Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Ketegangan Politik Warnai Pelantikan Presiden Kenya

theeastafrican.co.ke
theeastafrican.co.ke

Keamanan ditingkatkan di ibukota Kenya, Nairobi, jelang pelantikan Presiden Uhuru Kenyatta dan Wakil Presiden William Ruto untuk masa jabatan yang kedua pada hari Selasa (28/11/2017) ini. Lebih dari 20 kepala negara atau menteri senior diperkirakan hadir dalam acara ini. Mereka antara lain Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Presiden Uganda Yoweri Museveni dan Presiden Rwanda Paul Kagame.

Panitia memperkirakan sekitar 60.000 orang datang memenuhi Stadion Kasarani Nairobi, tempat pelantikan dilangsungkan. Di luar stadion, panitia telah mempersiapkan beberapa layar lebar bagi masyarakat yang tidak bisa masuk. BBC turut melaporkan bahwa polisi diizinkan menggunakan gas air mata untuk mengendalikan massa yang tetap memaksa masuk ke acara pelantikan.

Meningkatnya pengamanan terjadi usai pemimpin oposisi, Raila Odinga, menolak hadir di pelantikan Kenyatta dan menyatakan bahwa dia terpilih dengan cara yang tidak sah. Odinga malah berencana mengadakan "demonstrasi peringatan" pada hari pelantikan Kenyatta untuk menghormati para pendukungnya yang tewas selama empat bulan pergolakan politik pasca Pemilu bulan Agustus. Kepolisian Kenya sendiri telah memperingatkan pihak oposisi agar tidak menyelenggarakan acara tersebut.

Berdasarkan pantauan Reuters, lokasi demonstrasi oposisi telah ditutup oleh puluhan polisi. Dua unit meriam air disiagakan untuk membubarkan massa jika mereka mencoba berkumpul. Kenyatta tengah menghadapi tugas berat yaitu menyatukan sebuah negara yang retak. Kenya saat ini tengah diliputi suasana tegang pasca dua kali pemilihan presiden.

Odinga memboikot hasil Pemilu ulang bulan lalu di mana jumlah pemilih berkurang sebanyak 39%. Hasilnya, Kenyatta menang telak dengan perolehan 98% suara. Pemilu pertama diadakan pada tanggal 8 Agustus yang berakhir dengan kemenangan Kenyatta dengan perolehan suara 54,17%, mengalahkan Raila Odinga yang mendapat 44,94%.

Odinga tidak mengakui hasil Pemilu Agustus dan melaporkannya ke Mahkamah Agung Kenya atas alasan ditemukannya penyimpangan. MA mengabulkan tuntutannya untuk Pemilu ulang. Hakim Agung David Maraga mengatakan Pemilu Agustus "tidak dilakukan sesuai dengan konstitusi, tidak transparan, dan tidak dapat disahkan".

Namun Odinga mendesak pendukungnya untuk memboikot Pemilu kedua karena dia mengatakan tidak ada perubahan yang dilakukan oleh komisi pemilihan umum. Hasil Pemilu kedua berbalik menjadi sangat tidak memuaskan bagi oposisi. Sengketa pemilihan ini telah membuat rakyat Kenya terbagi. Tercatat lebih dari 70 orang tewas akibat konfrontasi dengan kepolisian.

Odinga telah meminta masyarakat untuk melakukan "gerakan perlawanan nasional" demi "memulihkan demokrasi". Sementara itu Kenyatta telah membuka upaya dialog dengan oposisi.

"Kami bersaing karena kami melakukan hal-hal yang berbeda, tapi itu tidak berarti kita tidak bisa hidup berdampingan. Oleh karena itu mari bersama-sama mencari cara menjalankan agenda masing-masing tanpa mempengaruhi kehidupan sehari-hari masyarakat," kata Kenyatta seperti dilansir oleh media setempat Standard Media.

"Dan seperti dalam kompetisi apapun, akan ada pemenang dan yang kalah tapi dalam Pemilu, kita semua adalah pemenang sebagai orang Kenya. Tanggung jawab kami setelah kompetisi politik selesai adalah bersatu dan bekerja membangun bangsa," pungkasnya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Agustin Fatimah
EditorAgustin Fatimah
Follow Us