Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kim Jong Un dan Menteri Pertahanan Rusia berpartisipasi dalam serangkaian upacara resmi untuk merayakan peringatan 70 tahun Hari Kemenangan dalam Perang Pembebasan Tanah Air Besar. (Mil.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)
Kim Jong Un dan Menteri Pertahanan Rusia berpartisipasi dalam serangkaian upacara resmi untuk merayakan peringatan 70 tahun Hari Kemenangan dalam Perang Pembebasan Tanah Air Besar. (Mil.ru, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Parade militer Korut soroti kemajuan teknologi rudal Hwasong-20 yang sulit dicegat sistem pertahanan rudal mana pun.

  • Kim Jong Un pererat hubungan diplomatik dengan China dan Rusia, memperluas program militer dan nuklirnya.

  • Korut tunjukkan kekuatan militer di luar program rudal dengan tank tempur utama Cheonma-20 dan pasukan kembali dari Ukraina.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times – Pemimpin Korea Utara (Korut), Kim Jong Un, memimpin parade militer besar di Pyongyang pada Jumat malam (10/10/2025) untuk memperingati 80 tahun berdirinya Partai Pekerja Korea (WPK). Acara itu menampilkan kemampuan militer terbaru negara tersebut, termasuk peluncuran perdana rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-20 yang digambarkan Badan Berita Pusat Korea (KCNA) sebagai sistem senjata strategis nuklir terkuat milik Korut.

Parade ini juga dihadiri beberapa tokoh asing seperti Perdana Menteri China Li Qiang, eks Presiden Rusia Dmitry Medvedev, dan pemimpin Partai Komunis Vietnam To Lam. Dalam pidatonya di hadapan ribuan pasukan, Kim menyampaikan pesan tegas tentang kekuatan militernya.

“Tentara kita harus terus berkembang menjadi entitas tak terkalahkan yang menghancurkan semua ancaman,” katanya.

Kim juga memberikan dukungan kepada prajurit Korut yang ditempatkan di luar negeri, terutama yang berperang bersama Rusia di Ukraina, dan menyebut mereka sebagai bagian dari pos-pos pembangunan sosialis yang memperlihatkan semangat rakyat Korea.

1. Parade soroti kemajuan teknologi rudal Hwasong

Dilansir dari CNN, parade tersebut menjadi ajang unjuk kemampuan rudal terbaru Korut, termasuk Hwasong-11Ma, kendaraan luncur hipersonik yang dikembangkan berdasarkan rudal Iskander milik Rusia. Senjata ini menggunakan roket berbahan bakar padat yang memungkinkan peluncuran cepat dan hulu ledak yang dapat bermanuver lebih dari lima kali kecepatan suara. Teknologi ini membuatnya sulit dicegat sistem pertahanan rudal mana pun, menandai langkah besar Korut dalam pengembangan senjata strategis.

Upaya Kim memperkuat kemampuan rudal juga terlihat dari penggunaan bahan bakar padat pada uji coba Januari 2024, yang membuat peluncuran dapat dilakukan dalam hitungan menit. Inovasi ini diyakini dipengaruhi teknologi Rusia melalui rudal Kinzhal yang berbasis Iskander dan digunakan di medan perang Ukraina. Adaptasi tersebut menunjukkan kemampuan Korut dalam mengembangkan teknologi asing menjadi sistem senjata mandiri.

Hwasong-20, yang ditampilkan di atas kendaraan peluncur 11 as roda, dipercaya mampu membawa beberapa hulu ledak nuklir sekaligus. Ankit Panda dari Carnegie Endowment for International Peace menjelaskan pandangannya.

“Hwasong-20 mewakili, untuk saat ini, apoteosis ambisi Korea Utara untuk kemampuan pengiriman nuklir jarak jauh,” ujarnya, dikutip dari Al Jazeera.

Meski begitu, sejumlah analis masih meragukan presisi rudal ini dan kemampuan hulu ledaknya bertahan saat kembali ke atmosfer, dengan uji terbang penuh diperkirakan berlangsung sebelum akhir tahun.

Mesin Hwasong-20 yang terbuat dari komposit serat karbon disebut telah melalui sembilan uji darat. KCNA menyebut mesin yang sama juga dipakai pada Hwasong-19 yang telah diuji terbang dan diduga bisa menjangkau wilayah mana pun di Amerika Serikat (AS). Kehadirannya dalam parade, meski belum diuji penuh, menjadi sinyal bahwa Kim terus mempercepat kemajuan teknologi rudal untuk memperluas kekuatan nuklirnya.

2. Kim pererat hubungan diplomatik dengan sekutu

Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) mengadakan pembicaraan dengan Ketua Dewan Negara Korea Utara, Kim Jong Un (kiri), di Vladivostok, tepatnya di Pulau Russky pada 25 April 2019. (The Presidential Press and Information Office, CC BY 4.0, via Wikimedia Commons)

Kunjungan Kim ke Beijing sebulan lalu menandai langkah penting dalam memperkuat hubungan dengan China dan Rusia. Dalam pertemuan itu, ia berdiri bersama Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin, memperlihatkan kesatuan politik antara ketiga negara. Hubungan yang semakin erat dengan Beijing sebagai sekutu ekonomi utama, serta kerja sama meningkat dengan Moskow, telah memberi Kim kepercayaan diri untuk memperluas program militer dan nuklirnya.

Selain itu, Kim juga mengadakan pembicaraan dengan Dmitry Medvedev. Eks Presiden Rusia itu memuji keterlibatan pasukan Korut yang bertempur di Ukraina sebagai bukti kepercayaan antara kedua negara. Menurut laporan KCNA yang dikutip dari DW, Kim menyatakan keinginannya untuk memperkuat kerja sama strategis dan membuka pertukaran baru dengan Rusia. Pertemuan itu semakin menegaskan arah hubungan militer dan diplomatik Korut yang kini semakin condong ke blok Timur.

Peningkatan kemampuan rudal seperti Hwasong-11Ma dan Hwasong-20 menjadi bagian dari strategi Kim pasca-kunjungan Beijing. Melalui parade besar ini, ia tak hanya memamerkan kekuatan militernya, tetapi juga menunjukkan posisi Korut yang semakin kuat di kancah internasional. Dukungan politik dari China dan Rusia memperkuat legitimasi Kim dalam membangun citra Korut sebagai kekuatan global yang menantang dominasi Barat.

3. Korut tunjukan kekuatan militer di luar program rudal

Selain rudal, parade juga menampilkan tank tempur utama Cheonma-20 yang telah diperbarui dengan sistem perlindungan canggih. KCNA menggambarkannya sebagai tank dengan kemampuan serang luar biasa dan sistem perlindungan yang andal. Di tengah hujan deras, barisan tank itu melintasi Lapangan Kim Il Sung di hadapan ribuan warga yang bersorak, terutama ketika ICBM Hwasong-20 meluncur ke lapangan utama.

Bagian akhir parade menyoroti pasukan Korut yang baru kembali dari medan perang di Ukraina, khususnya wilayah Kursk. Mereka mendapat sambutan meriah sebagai simbol solidaritas dengan Rusia dan keberanian prajurit Korut dalam operasi luar negeri.

Kehadiran tank, prajurit berpengalaman tempur, serta rudal strategis dalam satu acara memperkuat narasi Kim entang angkatan bersenjata yang kuat di darat, laut, dan udara. Parade ini menjadi pesan simbolis bahwa Korut siap menghadapi tekanan internasional dengan menampilkan kombinasi kekuatan militer dan solidaritas politik yang semakin solid bersama sekutunya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team