Di rumah sakit, kematian Shireen mengagetkan jurnalis, petugas medis, dan warga yang hadir saat itu. Semuanya terpukul atas kematian sang jurnalis senior tersebut. Shatha mengaku hendak mendokumentasikan momen saat itu, namun merasa tak tega sekaligus karena untuk meghormati korban.
Ia lalu mengisahkan bagaimana Shireen berjasa dalam hidupnya, di mana Shireen adalah reporter idolanya sejak kecil. Saat berumur tujuh tahun Shatha kerap melihat Shireen di televisi dan karena itu pula ia sedari kanak-kanak bercita-cita menjadi jurnalis, sama sepertinya.
“Ketika saya mengatakan padanya, bahwa dia adalah idola saya, dalam pertemuan pertama kami beberapa tahun yang lalu, dia tersenyum dan bercanda dengan saya,” kata Shatha.
Shireen meninggal di usia 51 tahun dan kematiannya dikenang oleh banyak orang di seluruh dunia. Ia dimakamkan pada Jumat di Pemakaman Protestan Gunung Sion, Yerusalem Timur, tepat di sebelah orang tuanya. Ribuan pelayat hadir, dan beberapa di antaranta mengibarkan bendera Palestina seraya meneriakkan “Palestina, Palestina,”.
Sebelumnya, pasukan Israel juga memukuli para pelayat, termasuk mereka yang membawa peti mati Shireen, di dekat Rumah Sakit St Louis French. Hal itu hampir membuat mereka menjatuhkan jenazah.
Imran Khan dari Al Jazeera telah melaporkan bahwa pasukan Israel telah menangkap setidaknya empat pelayat, termasuk setidaknya dua pria karena mengibarkan bendera Palestina di Yerusalem Timur yang diduduki.
“Dua pria ditangkap karena benar-benar mengibarkan bendera Palestina. Itu sebenarnya ilegal menurut hukum Israel,” katanya.
Sejauh ini, Israel menerima kemungkinan bahwa pelaku di balik penembakan itu adalah pasukan militer negara Zionis itu sendiri. Pengakuan bahwa seorang tentara Israel bertanggung jawab atas penembakan itu adalah bukti bahwa Israel mundur dari posisi awal mereka di mana sebelumnya melimpahkan kesalahan tersebut kepada penduduk Palestina.