Konflik Thailand-Kamboja Meletus, Ini Fakta-Fakta Pentingnya

- Baku tembak antara Thailand dan Kamboja terjadi, menewaskan 12 orang dan memicu ketegangan perbatasan.
- Evakuasi warga sipil dilakukan di desa perbatasan, sedangkan PM Malaysia mendesak deeskalasi konflik.
- ASEAN belum memberikan respons resmi terhadap konflik, sementara sengketa wilayah Preah Vihear Temple menjadi akar masalahnya.
Jakarta, IDN Times - Kamboja dan Thailand terlibat baku tembak pada Kamis (24/7/2025), menewaskan sedikitnya 12 orang. Bentrokan terjadi setelah berbulan-bulan meningkatnya ketegangan terkait perbatasan bersama antara kedua negara Asia Tenggara tersebut.
Masing-masing negara saling menuduh yang lain menembak terlebih dahulu. Tentara Thailand mengatakan, Kamboja telah menembakkan roket ke wilayah sipil di empat provinsi Thailand.
Ketegangan mencuat di kawasan perbatasan, tepatnya di sekitar wilayah sengketa Candi Preah Vihear. Berikut fakta-fakta konflik Thailand-Kamboja yang perlu kamu ketahui:
1. Baku Tembak Kembali Terjadi

Pada Kamis kemarin terjadi insiden baku tembak antara patroli militer Kamboja dan Thailand di wilayah perbatasan. Kedua negara saling tuduh sebagai pihak yang memulai provokasi.
Hal tersebut mendorong Thailand untuk mengirimkan jet tempur F-16 untuk menyerang sasaran di Kamboja.
Sementara para pejabat Kamboja mengatakan, tentara Thailand telah menembaki pasukan Kamboja terlebih dahulu, di Prasat Ta Muen Thom, sebuah kuil yang diklaim oleh kedua negara.
Mereka mengatakan pasukan Kamboja membalas tembakan sekitar 15 menit kemudian.
2. Warga Sipil Dievakuasi

Beberapa desa perbatasan, baik di sisi Kamboja maupun Thailand, mulai melakukan evakuasi terbatas. Sekolah dan pasar perbatasan ditutup sementara.
Pemerintah lokal mengimbau warga untuk menghindari daerah sengketa.
Sejauh ini, Thailand telah mengevakuasi lebih dari 120.000 warga di perbatasan. Sementara itu, jumlah korban tewas di pihak Thailand mencapai 16 orang.
3. PM Malaysia Serukan Deeskalasi

Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menyerukan agar kedua negara segera menahan diri dan memulai perundingan.
“Paling tidak yang bisa kami harapkan dari mereka adalah mundur dari konflik dan semoga mencoba bernegosiasi,” kata Anwar.
Ia telah melakukan perbincangan dengan kedua pemimpin baik dari Thailand maupun Kamboja. Anwar mengatakan, ada respons positif dari keduanya.
Sebagai ketua ASEAN tahun ini, Anwar menawarkan kesiapan Malaysia untuk menengahi perselisihan ini.
4. ASEAN Dinilai Tidak Responsif

Hingga Jumat (25/7/2025), belum ada pernyataan resmi dari ASEAN. Pengamat menilai lambatnya respon ini sebagai kegagalan kolektif ASEAN dalam menyelesaikan konflik internal.
Analis Thitinan Pongsudhirak dari Chulalongkorn University menyebut ini sebagai ujian nyata terhadap relevansi ASEAN.
“Isu ini menguji relevansi ASEAN dalam menjaga stabilitas kawasan. Kita tidak bisa hanya diam ketika dua negara anggota saling menodong senjata,” ujarnya.
5. Sengketa Lama yang Belum Usai

Konflik ini berakar pada sengketa wilayah Preah Vihear Temple, situs warisan dunia UNESCO yang diperebutkan sejak lama. Pada 1962, Mahkamah Internasional (ICJ) memutuskan candi milik Kamboja, tapi wilayah sekitar masih jadi zona abu-abu.
Pada 2013, putusan ICJ ditegaskan kembali, namun friksi tetap muncul hingga kini.