Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi logo sosial media. (pexels.com/Tracy Le Blanc)

Jakarta, IDN Times - Kementerian Kesetaraan Gender dan Keluarga Korea Selatan (Korsel) melaporkan bahwa sebanyak 10.305 orang pada 2023 mencari bantuan pemerintah untuk menangani kejahatan seksual digital.

Angka tersebut naik 14,7 persen dari tahun sebelumnya, dan menandai jumlah kasus tertinggi sejak didirikannya Pusat Dukungan Korban Kejahatan Seksual Digital pada 2018. Para perempuan muda dan remaja semakin menjadi sasaran pelaku yang sering kali tidak mereka kenal.

Dukungan yang diberikan pemerintah pun meliputi di sektor konseling dan bantuan penghapusan konten. Serta, rujukan untuk bantuan hukum, medis, dan investigasi. Materi ilegal yang dihapus melebihi 300 ribu konten untuk pertama kalinya, naik 22,3 persen dari tahun ke tahun, dilansir Korea Herald pada Jumat (11/4/2025).

1. Jumlah kasus penyalahgunaan AI meningkat drastis

Potret suasana kota Seoul, Korea Selatan. (pexels.com/Markus Winkler)

Sebagian besar korban dari kejahatan tersebut berusia belasan dan 20-an tahun, dengan lonjakan tajam dalam penyalahgunaan kecerdasan buatan (AI) untuk menghasilkan deepfake yang mendorong peningkatan tersebut.

Deepfake adalah video, gambar atau klip video yang dibuat dengan AI agar tampak nyata, dengan meniru suara dan fitur wajah seseorang.

Remaja menyumbang 27,9 persen dari total korban, naik dari 17,8 persen pada 2022. Sementara, korban berusia 20-an mencapai 50,2 persen, meningkat tajam dari 18,2 persen.

"Pihak berwenang meyakini bahwa jumlah korban remaja yang sebenarnya mungkin lebih tinggi karena kurangnya pelaporan. Remaja sangat rentan. Sebab, mereka kerap menggunakan media sosial dan platform digital," kata seorang pejabat kementerian.

2. Bentuk kerugian dari kejahatan terkait AI dan deepfake

Editorial Team

EditorRama

Tonton lebih seru di