Pemimpin Oposisi Korsel Mantap Maju ke Pilpres pada 3 Juni

- Lee Jae-myung mengumumkan pencalonannya sebagai presiden Korea Selatan, berjanji fokus pada perbaikan ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi.
- Pemilihan presiden akan diadakan pada 3 Juni 2025 setelah pemakzulan mantan presiden Yoon Suk Yeol pekan lalu, yang gagal dengan deklarasi darurat militer.
- Kritikus konservatif memperingatkan kembalinya kekuasaan oleh oposisi dapat merusak aliansi dengan Amerika Serikat dan mengancam hubungan lebih baik dengan Jepang. Namun, Lee mengusulkan pendekatan pragmatis terhadap diplomasi.
Jakarta, IDN Times - Pemimpin oposisi Korea Selatan, Lee Jae-myung, mengumumkan pencalonannya sebagai presiden pada Kamis (10/4/2025). Lee berjanji akan fokus pada perbaikan ketimpangan dan pertumbuhan ekonomi.
Pemilihan presiden akan diadakan pada 3 Juni 2025, setelah pemakzulan mantan presiden Yoon Suk Yeol pekan lalu. Ia dimakzulkan usai mengumumkan deklarasi darurat militer yang gagal pada Desember tahun lalu.
1. Janji mendorong investasi skala besar
Lee berjanji untuk memperbaiki polarisasi ekonomi yang menurutnya merupakan sumber utama konflik sosial. Menurutnya, hal ini telah memperburuk kekacauan politik baru-baru ini setelah perintah darurat militer Yoon.
Ia juga akan mendorong investasi skala besar di tingkat pemerintah dalam pengembangan teknologi dan bakat untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi.
Kritikus konservatif telah memperingatkan kembalinya kekuasaan oleh oposisi dapat merusak aliansi dengan Amerika Serikat. Mereka juga mengatakan, hal tersebut bisa mengancam hubungan lebih baik dengan Jepang. Namun, Lee mengusulkan akan melakukan pendekatan pragmatis terhadap diplomasi.
"Secara realistis, aliansi Korea Selatan-AS penting, dan kerja sama Korea Selatan, AS-Jepang penting. Dalam hal itu, prinsip yang konsisten adalah kepentingan nasional Republik Korea adalah prioritas utama," kata Lee, dilansir dari Channel News Asia.
Pemimpin baru Korea Selatan kemungkinan akan menghadapi tugas berat untuk bernegosiasi dengan AS, sekutu keamanan utama negara itu. Terlebih mengenai tarif yang telah membayangi ekonomi yang bergantung pada ekspor.
2. Kalah dari Yoon pada pemilihan 2022

Lee yang saat ini berusia 61 tahun, kalah dengan selisih suara paling tipis dalam sejarah negara itu ketika ia maju melawan Yoon dalam pemilihan presiden 2022. Namun tahun lalu, ia memimpin Partai Demokrat liberalnya meraih kemenangan telak dalam pemilihan parlemen, dan menikmati dukungan kuat dari para pemilih liberal.
Kemarin, Lee mengundurkan diri sebagai pemimpin partai oposisi utama, bersiap untuk beralih fokus pada kampanye pemilihannya.
3. Menjadi calon presiden terfavorit

Berdasarkan jajak pendapat Gallup pada 4 April lalu, Lee disebut sebagai yang terfavorit untuk menjadi presiden berikutnya dengan dukungan 34 persen. Dibawahnya ada mantan menteri tenaga kerja berusia 73 tahu, Kim Moon-soo yang mendapat 9 persen.
Kaum konservatif memiliki peluang presiden yang sangat terbuka. Partai Kekuatan Rakyat yang berkuasa berencana untuk mengonfirmasi kandidatnya melalui pemilihan pendahuluan pada Mei.
Han Dong-hoon, mantan pemimpin PPP, juga mengatakan ia mencalonkan diri sebagai presiden, bergabung dengan kelompok calon potensial dan kandidat yang telah dinyatakan yang meliputi wali kota Seoul, Oh Se-hoon, dan anggota partai yang berkuasa Ahn Cheol-soo.
Lebih banyak calon diharapkan untuk bergabung, tetapi sejauh ini selain Lee, dukungan publik dalam survei hanya mencapai satu digit.