Jakarta, IDN Times - Pemerintah Inggris sedang menekan perusahaan farmasi global membayar kompensasi terkait skandal darah terinfeksi yang terjadi di masa lampau. Skandal ini bermula pada tahun 1970-an dan 1980-an, ketika sekitar 30 ribu orang terinfeksi virus HIV dan hepatitis C setelah menerima transfusi darah dan produk darah yang terkontaminasi.
Melansir dari The Guardian pada Minggu (26/5/2024), tragedi ini diperkirakan telah merenggut nyawa hampir 3 ribu orang. Kini, para korban yang selamat dan keluarga korban mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan tegas terhadap perusahaan farmasi yang terlibat. Mereka menuntut kompensasi yang diperkirakan mencapai 10 miliar poundsterling atau sekitar Rp203 triliun.