Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden AS, Trump, dan Presiden Korsel, Lee
Presiden AS, Donald Trump (kiri), dan Presiden Korsel, Lee Jae Myung (kanan) bertemu di sela-sela KTT APEC di Korsel. (The White House, Public domain, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • China desak AS-Korsel patuhi kewajiban nonproliferasi nuklir (NPT)

  • Menteri Luar Negeri Korsel, Cho Hyun, menegaskan komitmen negaranya terhadap perjanjian nonproliferasi nuklir

  • Izin AS menjadi kemenangan diplomatik besar bagi Presiden Korsel

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, memberikan persetujuan kepada Korea Selatan (Korsel) untuk membangun kapal selam bertenaga nuklir. Langkah tersebut akan memasukkan Seoul ke dalam kelompok kecil negara yang memiliki kapal selam tersebut.

Mengutip The Korea Times, kesepakatan itu dicapai usai pertemuan antara Trump dan Presiden Korsel, Lee Jae Myung, di sela-sela KTT Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) di Gyeongju pada Rabu (29/10/2025). Seoul mengatakan kedua negara telah mencapai kesepakatan luas yang mencakup investasi dan pembuatan kapal.

AS telah bekerja sama dengan Australia dan Inggris dalam proyek AUKUS, yang akan memungkinkan Canberra untuk memperoleh kapal selam bertenaga nuklir dari transfer teknologi Washington. Negara adidaya itu sejauh ini baru berbagi teknologi tersebut dengan Inggris, yang dilakukan pada 1950-an.

1. China desak AS-Korsel patuhi kewajiban nonproliferasi nuklir (NPT)

Merespons AS, China mendesak Seoul dan Washington untuk menjunjung tinggi kewajiban perjanjian nonproliferasi nuklir (NPT). Menteri Luar Negeri Korsel, Cho Hyun, menegaskan kembali komitmen negaranya terhadap perjanjian tersebut.

"China berharap Korsel dan AS akan sepenuhnya menjunjung tinggi kewajiban nonproliferasi nuklir mereka dan berupaya untuk mempromosikan perdamaian dan stabilitas regional, alih-alih sebaliknya," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Guo Yaxun.

Dalam pertemuannya, Lee mencatat bahwa kapal selam bertenaga diesel Korsel saat ini memiliki daya tahan bawah air yang terbatas, sehingga sulit untuk melacak kapal selam dari Korut atau China. Menurut para analis, pernyataan itu dapat diartikan bahwa kapal selam nuklir akan memperkuat kekuatan angkatan laut Seoul, tidak hanya dalam melawan Pyongyang, tetapi juga Beijing.

"(Kapal selam nuklir) tidak terkait dengan latensi nuklir atau potensi kemampuan senjata nuklir. Upaya Korsel untuk mendapatkan kapal selam semacam itu sepenuhnya terpisah dari persenjataan dan tidak dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan nuklir laten," kata Cho.

2. Izin AS menjadi kemenangan diplomatik besar bagi Lee

ilustrasi bendera Korsel (pexels.com/준섭 윤)

Kepala Pusat Penelitian Eurasia di Institut Penelitian Korea untuk Strategi Nasional, Doo Jin-ho, menggambarkan persetujuan AS sebagai kemenangan diplomatik besar bagi Lee. Upaya Seoul untuk membangun kapal selam nuklir telah berlangsung selama beberapa dekade. Gagasan tersebut telah terhenti karena selalu mendapat penolakan Washington, dikutip The Guardian.

Perjanjian sebelumnya telah membatasi Korsel untuk memperkaya uranium hingga tingkat di bawah 20 persen. Negeri Ginseng itu juga dilarang memproses ulang bahan bakar nuklir bekas tanpa persetujuan AS.

Korsel saat ini sepenuhnya bergantung pada kapal selam diesel-listrik, termasuk yang dilengkapi dengan propulsi independen udara, yang harus muncul ke permukaan atau menyelam untuk mengisi ulang daya. Namun, kapal selam nuklir yang mampu menyelam tanpa batas waktu akan menjadi lompatan signifikan bagi kemampuan angkatan laut negara tersebut.

3. Trump perintahkan Pentagon lanjutkan uji coba nuklir

Presiden AS, Donald Trump. (Gage Skidmore from Peoria, AZ, United States of America, CC BY-SA 2.0, via Wikimedia Commons)

Trump mengaku telah memerintahkan Departemen Pertahanan untuk segera melanjutkan uji coba senjata nuklir atas dasar kesetaraan dengan negara-negara bersenjata nuklir lainnya. Trump memproyeksikan bahwa China akan memiliki jumlah senjata nuklir yang sama dengan Washington dalam 5 tahun.

"Memastikan persenjataan nuklir yang kita miliki benar-benar berfungsi dengan baik merupakan bagian penting dari keamanan nasional AS. Yang jelas, kita tahu persenjataan itu memang berfungsi dengan baik, tetapi kita harus terus memantaunya dari waktu ke waktu, dan presiden hanya ingin memastikan kita melakukannya," kata Wakil Presiden AS, JD Vance.

China dengan cepat menambah stok hulu ledak nuklirnya menjadi sekitar 600 dalam beberapa tahun terakhir, bertambah sekitar 100 per tahun sejak 2023. Pentagon memperkirakan Beijing akan memiliki lebih dari 1.000 hulu ledak nuklir operasional pada 2030, dilansir Al Jazeera.

Menurut Pusat Pengendalian Senjata dan Non-Proliferasi (CACNP), AS saat ini memiliki sekitar 5.550 hulu ledak nuklir, di mana sekitar 3.800 di antaranya aktif.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team