Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Korea Utara Uji Coba Rudal Jelang Kunjungan Trump ke Korsel

Bendera Korea Utara. (unsplash.com/Micha Brändli)
Bendera Korea Utara. (unsplash.com/Micha Brändli)
Intinya sih...
  • Rudal Korut terbang selama 130 menit, diluncurkan dari Laut Kuning
  • Peluang pertemuan Trump-Kim semakin tipis dengan kurangnya tanggapan Korut
  • Kerja sama antara Korut dan Rusia semakin dalam, memperkuat keuntungan diplomatik bagi Kim Jong-un
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Korea Utara (Korut) kembali melakukan provokasi militer dengan menguji rudal jelajah yang diluncurkan dari laut. Uji coba ini dilakukan hanya sehari sebelum Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dijadwalkan tiba di Korea Selatan (Korsel) untuk menghadiri pertemuan Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC).

Uji coba pada Selasa (28/10/2025) itu menjadi pesan kuat Pyongyang di tengah tawaran dialog dari Trump. Tindakan ini sekaligus menegaskan komitmen Korut untuk terus memperkuat kekuatan nuklirnya, terlepas dari berbagai tekanan internasional.

1. Rudal Korut terbang selama 130 menit

Peluncuran misil strategis permukaan-ke-laut ini dilakukan dari perairan sebelah barat Korut, tepatnya di Laut Kuning (West Sea). Rudal tersebut ditembakkan secara vertikal dan merupakan versi yang telah ditingkatkan untuk peluncuran berbasis kapal.

Menurut media pemerintah Korut, Korean Central News Agency (KCNA), rudal tersebut terbang di sepanjang rute yang telah ditentukan selama lebih dari 7.800 detik, atau sekitar 130 menit, sebelum mencapai targetnya. Keberhasilan uji coba ini diklaim akan memperluas cakupan operasional militer Korut.

Rudal ini dirancang untuk membawa hulu ledak nuklir dan diperkirakan para ahli sebagai salah satu tipe rudal jelajah Hwasal yang telah diperkenalkan sebelumnya. Misil Hwasal-1 dan Hwasal-2 memiliki perkiraan jangkauan penerbangan normal hingga 1.500 kilometer dan 2 ribu kilometer. Uji coba tersebut diawasi oleh Pak Jong-chon, wakil ketua Komisi Militer Pusat dari Partai Buruh Korea yang berkuasa.

"Ini adalah bagian dari upaya pencegahan perang dan tindakan untuk melaksanakannya dengan cara yang lebih bertanggung jawab, yaitu dengan terus-menerus menguji keandalan berbagai sarana ofensif dan menegaskan kemampuan mereka di mata para musuh," kata Pak, dilansir The Korea Times.

2. Peluang pertemuan Trump-Kim semakin tipis

Presiden Trump telah berulang kali menyatakan keinginannya untuk bertemu kembali dengan Pemimpin Korut Kim Jong-un saat berada di Asia. Trump sendiri dijadwalkan tiba di Korsel pada Rabu (29/10/2025) untuk menghadiri pertemuan APEC di kota Gyeongju.

Dilansir CNA, Korut mengumumkan uji coba misilnya hanya beberapa jam sebelum kedatangan Trump di Korsel. Namun, Pyongyang belum memberikan respons apa pun terkait tawaran pertemuan tatap muka tersebut.

Kurangnya tanggapan dari Korut ini meningkatkan spekulasi bahwa kemungkinan pertemuan antara Kim dan Trump mungkin sangat rendah. Apalagi, Pemimpin Korut Kim Jong-un tidak terlihat mengawasi langsung uji coba rudal terbaru ini.

“Ini adalah pesan bahwa Korut akan tetap memperkuat kekuatan nuklirnya, terlepas dari perubahan keadaan seperti KTT APEC. Bisa dibilang, kemungkinan adanya pertemuan antara Korut dan AS semakin kecil,” ujar Lim Eul Chul, seorang profesor dari Institute for Far Eastern Studies di Kyungnam University, dilansir The Korea Times.

3. Kerja sama antara Korut dan Rusia semakin dalam

Rudal jelajah yang diuji coba ini diyakini dapat dipasang pada sistem peluncuran vertikal kapal perusak baru Korut. KCNA melaporkan bahwa Pak Jong-chon juga meninjau pelatihan marinir di atas kapal perusak terbaru Korut yang berbobot 5 ribu ton, yaitu Choe Hyon dan Kang Kon.

Korut sendiri telah menolak segala bentuk pembicaraan dengan Washington kecuali diakui sebagai kekuatan senjata nuklir. Di sisi lain, Korut semakin mempererat kemitraannya dengan Rusia dalam beberapa tahun terakhir. Pyongyang telah memasok senjata dan pasukan ke Rusia untuk membantu perangnya melawan Ukraina.

Sebagai balasannya, Moskow memberikan Korut bantuan berupa makanan, minyak, teknologi senjata, dan perjanjian pertahanan bersama. Hubungan yang makin dalam ini dinilai memberikan keuntungan diplomatik bagi Kim Jong-un dalam menghadapi Washington, dilansir NYT.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in News

See More

Menkeu Purbaya Ngaku Tak Tertarik Politik!

29 Okt 2025, 21:15 WIBNews