Juru bicara pemerintah, Fatemeh Mohajerani, mengatakan libur darurat diperlukan untuk menjaga sumber daya negara. Warga Teheran melaporkan pasokan air ke rumah mereka terputus selama 12 hingga 18 jam setiap harinya. Pemerintah pun mengimbau seluruh masyarakat untuk memangkas penggunaan air hingga 20 persen.
"Cuaca panas ekstrem yang terus berlanjut dan kebutuhan untuk menghemat air serta listrik menjadi alasan penetapan hari Rabu, 23 Juli sebagai hari libur umum di Provinsi Teheran. Momen ini adalah kesempatan untuk beristirahat, bepergian singkat, atau bersama keluarga, tentunya dengan tetap mematuhi panduan keselamatan dan menghemat energi," kata Mohajerani, dikutip Iran International
Meskipun terjadi pemadaman, para pejabat Iran mengklaim tidak ada penjatahan resmi dan menyebut gangguan itu hanya penurunan tekanan air biasa. Situasi diperburuk oleh banyaknya warga yang bergantung pada pendingin evaporatif (swamp cooler). Pendingin jenis ini dikenal boros air, tetapi jadi andalan warga untuk melawan suhu panas yang tembus 40 derajat Celcius, dilansir Press TV.