Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
KTT Arab-Islam di Qatar. (Photo by Qatar News Agency)
KTT Arab-Islam di Qatar. (Photo by Qatar News Agency)

Intinya sih...

  • Tekanan terhadap Israel meningkat di tengah krisis Gaza

  • Ketidakhadiran pemimpin negara penandatangan Abraham Accords

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times Para pemimpin Arab dan Muslim menyerukan kajian ulang hubungan dengan Israel dalam KTT darurat di Doha, Senin (15/9/2025). Pertemuan itu digelar usai serangan mematikan Israel terhadap anggota Hamas di Ibu Kota Qatar pekan lalu.

KTT gabungan Liga Arab dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) tersebut mempertemukan hampir 60 negara. Mereka berupaya merespons tegas serangan Israel terhadap pejabat Hamas yang tengah membahas proposal gencatan senjata Gaza.

Dalam pernyataan bersama, KTT menyerukan agar semua negara mengambil langkah hukum maupun politik guna menghentikan agresi Israel terhadap rakyat Palestina. Salah satu poin penting adalah dorongan untuk meninjau hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Israel, serta mengajukan proses hukum terhadapnya.

“Semua negara didorong untuk meninjau hubungan diplomatik dan ekonominya dengan Israel dan menginisiasi proses hukum terhadapnya,” bunyi pernyataan bersama tersebut, dikutip dari Channel News Asia, Selasa (16/9/2025).

1. Tekanan terhadap Israel meningkat di tengah krisis Gaza

bendera Israel (unsplash.com/Taylor Brandon)

KTT darurat ini digelar di tengah meningkatnya tekanan global terhadap Israel terkait perang Gaza yang berkepanjangan. Tuan rumah, Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad Al Thani, menuduh Israel berusaha menggagalkan perundingan gencatan senjata dengan menyerang delegasi Hamas di Doha.

“Siapa pun yang bekerja dengan tekun dan sistematis untuk membunuh pihak yang sedang diajak bernegosiasi, berarti berniat menggagalkan perundingan,” kata Sheikh Tamim dalam pidatonya.

Menurut Hamas, sejumlah pejabat senior mereka selamat dari serangan udara pekan lalu, meski enam orang tewas. Serangan itu memicu kecaman luas, terutama karena Doha selama ini berperan sebagai mediator penting konflik Gaza.

Kejadian tersebut juga menimbulkan kekhawatiran bahwa kekerasan dapat merembet ke kawasan lain.

“Besok, bisa jadi giliran ibu kota Arab atau Islam lainnya,” ujar Presiden Iran Masoud Pezeshkian yang turut hadir.

2. Ketidakhadiran pemimpin negara penandatangan Abraham Accords

Presiden Donald J. Trump, Menteri Luar Negeri Bahrain Dr. Abdullatif bin Rashid Al-Zayani, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab Abdullah bin Zayed Al Nahyanisigns menandatangani Abraham Accords Selasa, 15 September 2020, di Halaman Selatan Gedung Putih. (Foto Resmi Gedung Putih oleh Shealah Craighead)

Meski pertemuan dihadiri hampir 60 negara, beberapa pemimpin yang telah menormalisasi hubungan dengan Israel memilih tidak hadir. Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Maroko yang lima tahun lalu menandatangani Abraham Accords hanya mengirimkan perwakilan senior.

Sementara itu, Presiden Mesir Abdelfattah al-Sisi, negara Arab pertama yang mengakui Israel, memperingatkan dampak serius dari serangan di Doha terhadap prospek perdamaian.

“Serangan ini menempatkan rintangan pada peluang perjanjian damai baru, bahkan dapat menggugurkan perjanjian yang sudah ada,” ujarnya.

Israel dan Amerika Serikat saat ini berupaya memperluas Abraham Accords, termasuk melobi Arab Saudi. Namun, serangan di Doha dikhawatirkan akan semakin menjauhkan rencana tersebut.

Turki juga mengambil sikap keras. Presiden Recep Tayyip Erdogan menuduh Israel mengadopsi mentalitas teroris dalam menghadapi krisis Gaza.

3. AS hadapi tekanan baru dari sekutu Teluk

ilustrasi bendera Israel dan Amerika Serikat (pexels.com/Photo By: Kaboompics.com)

KTT darurat ini juga mempersulit posisi Amerika Serikat di kawasan. Menteri Luar Negeri AS, Marco Rubio, dijadwalkan tiba di Qatar pada Selasa (16/9/2025) untuk menyatakan dukungan terhadap sekutunya.

Rubio sebelumnya menegaskan dukungan tanpa syarat Washington terhadap tujuan Israel memberangus Hamas. Namun, pernyataan itu justru memperlebar jarak dengan sekutu Teluk yang kini mendesak AS menekan Israel agar menghentikan serangan.

Departemen Luar Negeri AS menyebut Rubio akan 'menegaskan kembali dukungan penuh Amerika terhadap keamanan dan kedaulatan Qatar' setelah insiden serangan pekan lalu.

Sekretaris Jenderal Gulf Cooperation Council (Dewan Kerja sama Negara Teluk), Jasem Mohamed Al-Budaiwi, dalam konferensi pers mengatakan, negara-negara Teluk bertemu di sela KTT. Mereka, kata dia, meminta Washington menggunakan pengaruh dan tekanannya untuk menahan Israel.

Editorial Team