Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (Ron Przysucha / U.S. Department of State from United States, Public domain, via Wikimedia Commons)
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu (Ron Przysucha / U.S. Department of State from United States, Public domain, via Wikimedia Commons)

Intinya sih...

  • Netanyahu tinjau pasukan Israel di zona penyangga

  • Reaksi keras Suriah dan kekhawatiran PBB

  • Tuai kecaman negara-negara di kawasan

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu melakukan kunjungan ke zona penyangga di dalam wilayah Suriah pada Rabu (19/11/2025). Kunjungan yang melibatkan sejumlah pejabat tinggi Israel ini memicu gelombang kecaman dari berbagai negara. Langkah tersebut dinilai semakin memperkeruh situasi di tengah ketegangan regional pasca jatuhnya rezim Bashar al-Assad.

Pemerintah Suriah menganggap tindakan Netanyahu sebagai pelanggaran serius terhadap kedaulatan dan integritas wilayah mereka. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) turut menyuarakan kekhawatiran mendalam atas aksi publik yang dilakukan pemimpin Israel tersebut. Selain itu, negara-negara tetangga seperti Yordania dan Turki juga melemparkan kritik tajam terhadap provokasi Israel di perbatasan utara.

1. Netanyahu tinjau pasukan Israel di zona penyangga

pasukan Israel di perbatasan Suriah. (Israel Defense Forces, CC BY 2.0 , via Wikimedia Commons)

Netanyahu mengunjungi pos militer di zona penyangga yang dikuasai pasukan Israel sejak Desember 2024. Dalam rekaman video yang dirilis kantornya, ia terlihat menggunakan teropong dan berbicara langsung dengan para tentara di lapangan.

Ia didampingi oleh Menteri Pertahanan Israel Katz dan Menteri Luar Negeri Gideon Saar dalam tur lapangan tersebut. Kepala staf militer Eyal Zamir serta direktur badan keamanan Shin Bet, David Zini, juga turut hadir di lokasi.

Netanyahu menegaskan bahwa keberadaan pasukan Israel di wilayah tersebut sangat penting bagi keamanan negara. Ia menyebut kemampuan mereka di sana memiliki fungsi defensif sekaligus ofensif yang strategis.

"Kami memberikan arti yang sangat penting pada kemampuan kami di sini, baik secara defensif maupun ofensif. Ini adalah misi yang dapat berkembang setiap saat, tetapi kami mengandalkan Anda," ujar Netanyahu kepada para tentara Israel, dilansir The Straits Times.

2. Reaksi keras Suriah dan kekhawatiran PBB

Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa (Kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)

Kementerian Luar Negeri Suriah segera merespons dengan mengutuk keras kunjungan tersebut sebagai tindakan ilegal. Damaskus menuntut penarikan segera pasukan Israel dan menyebut tindakan itu melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. Duta Besar Suriah untuk PBB, Ibrahim Olabi, menyebut tur tersebut sebagai bukti agresi berkelanjutan Israel. Ia mendesak PBB mengambil tindakan tegas untuk menghentikan pelanggaran di wilayahnya.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melalui juru bicaranya menyatakan keprihatinan atas kunjungan itu. PBB menyerukan agar Israel kembali menghormati perjanjian pemisahan pasukan tahun 1974 yang telah disepakati sebelumnya.

"Kunjungan yang sangat terbuka ini cukup mengkhawatirkan. Kami menyerukan kepada Israel untuk menghormati perjanjian pemisahan pasukan tahun 1974," tutur Stephane Dujarric selaku juru bicara PBB, dilansir France 24.

3. Tuai kecaman negara-negara di kawasan

Ilustrasi bendera Turki. (unsplash.com/Tarik Haiga)

Yordania mengecam langkah Netanyahu sebagai tindakan provokatif yang berbahaya dan tidak dapat diterima. Kementerian Luar Negeri Yordania menilai hal ini sebagai pelanggaran terhadap hukum internasional.

"Kunjungan ini merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan Suriah dan kesatuan wilayahnya. Ini adalah eskalasi berbahaya yang hanya akan berkontribusi pada konflik dan ketegangan lebih lanjut di wilayah tersebut," tegas Kementerian Luar Negeri Yordania, dilansir Anadolu Agency.

Turki dan Iran juga menyampaikan kritik pedas terhadap kebijakan Israel yang dianggap ingin membuat Suriah tetap lemah dan terpecah. Sementara itu, Aljazair mengaku terkejut atas kunjungan provokatif di zona penyangga tersebut.

Kunjungan ini terjadi di tengah upaya Amerika Serikat (AS) mendorong pakta keamanan antara Israel dan Suriah. Namun, Presiden Suriah Ahmed al-Sharaa sebelumnya menyatakan bahwa perselisihan Dataran Tinggi Golan membuat pembicaraan damai menjadi sulit.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team