Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
zelenskyy-trump, x zelenskyyUa.jpg
Pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy (kiri) dengan Presiden AS Donald Trump (kanan) di Gedung Putih, Washington, AS. (x.com/@ZelenskyyUA)

Jakarta, IDN Times – Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengumumkan rencana menggelar pertemuan tatap muka antara Presiden Rusia, Vladimir Putin, dan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy. Usulan ini disebut sebagai langkah terbaru Trump untuk mengakhiri perang Rusia-Ukraina yang sudah berlangsung sejak Februari 2022.

Pengumuman itu disampaikan Trump pada Senin (18/8/2025), ketika menjamu Zelenskyy dan para pemimpin Eropa di Gedung Putih. Sejumlah tokoh hadir termasuk Presiden Prancis, Emmanuel Macron, dan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer.

"Saya sudah mulai menyiapkan pertemuan ini setelah berbicara dengan Putin lewat telepon. Ini langkah awal yang sangat baik untuk perang yang sudah berlangsung hampir empat tahun," kata Trump di platform Truth Social dikutip dari Al Jazeera, Selasa (19/8/2025).

Trump menyatakan, Wakil Presiden JD Vance, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, dan utusan khusus Steve Witkoff akan berkoordinasi dengan Rusia dan Ukraina terkait pertemuan tersebut.

1. Putin setuju jumpa Zelenskyy

Presiden Rusia, Vladimir Putin dan Presiden AS, Donald Trump, di Anchorage, Alaska. (kremlin.ru, CC BY 4.0 <https://creativecommons.org/licenses/by/4.0>, via Wikimedia Commons)

Kanselir Jerman, Friedrich Merz, dan Sekretaris Jenderal NATO, Mark Rutte, menyatakan Putin telah menyetujui pertemuan bilateral dengan Zelenskyy. Namun, mereka tidak menyebutkan lokasi maupun waktu pelaksanaannya.

Sementara itu, media Rusia TASS melaporkan, penasihat kepresidenan, Yuri Ushakov, menyebut Putin dan Trump sepakat melanjutkan perundingan langsung antara delegasi Rusia dan Ukraina. Namun, Moskow belum memberikan konfirmasi resmi soal kesediaan Putin bertemu Zelenskyy. Jika benar terwujud, KTT ini akan menjadi pertemuan pertama antara Putin dan Zelenskyy sejak invasi penuh Rusia ke Ukraina pada 2022.

2. Jaminan keamanan untuk Ukraina

Dalam pembahasan di Gedung Putih, isu jaminan keamanan bagi Ukraina menjadi sorotan. Trump menegaskan bahwa Eropa akan menjadi garis pertahanan pertama, sementara AS akan tetap memberi dukungan besar.

"Amerika juga akan membantu. Kami akan terlibat," ujar Trump.

Zelenskyy menyebut pertemuannya dengan Trump sebagai pembicaraan yang sangat baik. Dia mengatakan, jaminan keamanan akan dirumuskan bersama mitra-mitra Kiev dan difinalisasi dalam waktu tujuh hingga 10 hari ke depan.

Meski Trump menolak opsi keanggotaan NATO bagi Ukraina, utusan khusus Witkoff menilai Putin terbuka terhadap bentuk jaminan keamanan yang menyerupai Pasal 5 NATO, yakni prinsip pertahanan kolektif. Rutte menyebut komitmen AS untuk terlibat dalam jaminan keamanan Ukraina sebagai terobosan, walau menekankan pembahasan belum mencakup pengiriman pasukan.

Memang ada harapan soal jaminan keamanan, namun persoalan wilayah masih menjadi titik sulit. Sebelum pertemuan, Trump sudah menegaskan pengembalian Krimea ke Ukraina tidak akan menjadi bagian dari perundingan. Dia juga mengindikasikan adanya kemungkinan pertukaran atau perubahan wilayah dalam kesepakatan damai.

Rubio menyatakan, penyelesaian perang tidak terhindarkan akan mencakup kompromi soal garis wilayah.

"Mungkin itu tidak adil, tapi inilah yang diperlukan untuk mengakhiri perang," katanya kepada Fox News.

Di sisi lain, Zelenskyy menolak menyerahkan wilayah Ukraina kepada Rusia. Namun, ia mengatakan persoalan wilayah hanya bisa dibicarakan langsung antara dirinya dan Putin.

"Kami akan tinggalkan isu wilayah antara saya dan Putin," ujar Zelenskyy.

3. Skeptisisme hasil pertemuan

Kemajuan ini, menurut sejumlah pengamat, tak menjamin tanpa adanya pasukan yang cukup di lapangan. Konstantin Sonin, akademisi asal Rusia yang kini mengajar di University of Chicago, mengatakan Ukraina sudah berulang kali dikhianati oleh jaminan tertulis. Ini termasuk pada 2014 ketika Rusia mencaplok Krimea.

"Masalahnya bukan bahasa dalam dokumen, tapi bagaimana menjamin pelanggaran tidak terulang," kata Sonin.

Editorial Team