Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kapal boat
ilustrasi kapal boat (unsplash.com/webchinara)

Intinya sih...

  • 192 perempuan dan 437 anak-anak tewas dalam 3.090 migran yang tewas.

  • Spanyol berhasil menyelamatkan lebih dari 100 migran di Kepulauan Canaria.

  • Uni Eropa mendesak Mauritania untuk menegakkan hak asasi manusia bagi migran.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Organisasi non-profit (NGO), Caminando Fronteras mengatakan bahwa sekitar 3.090 migran Afrika tewas dalam setahun terakhir. Mereka tewas saat mengarungi perjalanan panjang melalui rute Atlantik untuk sampai ke Spanyol

“Memang terdapat penurunan kedatangan migran di Kepulauan Canaria. Rute Atlantik menuju ke Kepulauan Canaria ini sangat berbahaya seiring dengan munculnya keberangkatan kapal dari Guinea,” terangnya, dikutip dari RFI, Rabu (31/12/2025).

Beberapa tahun terakhir, telah terjadi lonjakan kedatangan migran Afrika Barat di Kepulauan Canaria, Spanyol. Alhasil, Spanyol bersama Senegal dan Mauritania sudah menyetujui perjanjian untuk mengurangi migran ilegal. 

1. Ratusan anak-anak dan perempuan tewas

ilustrasi kapal migran (unsplash.com/anreea_swank)

Caminando Fronteras mengungkapkan bahwa terdapat 192 perempuan dan 437 anak-anak dari 3.090 migran yang tewas. Namun, dalam setahun terakhir terdapat penurunan kedatangan migran di Kepulauan Canaria. 

Dilansir Africa News, Kementerian Dalam Negeri Spanyol mengungkapkan terdapat 36 ribu migran ilegal yang tiba dari laut dan darat mulai Januari hingga Desember 2025. Jumlah ini turun signifikan dibanding setahun sebelumnya yang mencapai 60 ribu orang. 

Penurunan ini didorong oleh perjanjian antara Spanyol dengan Mauritania. Sebab, Mauritania disebut menjadi titik penting keberangkatan kapal-kapal migran untuk menuju ke Spanyol. 

2. Spanyol selamatkan lebih dari 100 migran di Kepulauan Canaria

Tim penyelamat Italia menyelamatkan penumpang kapal migran yang terbalik di dekat Lampedusa, Italia pada Rabu (30/6). Tujuh orang meninggal dan 10 lainnya dikabarkan hilang dalam peristiwa tersebut. (Twitter.com/MSF Sea)

Pada awal Desember, Spanyol mengaku berhasil dalam menyelamatkan lebih dari 121 migran di Kepulauan Canaria. Sejumlah petugas Palang Merah Spanyol ikut membantu dalam mengobati migran yang terluka usai mengarungi perjalanan panjang. 

Otoritas Spanyol juga menemukan 4 migran yang tewas di Pulau El Hierro. Sementara, penumpang kapal boat tersebut semuanya adalah pemuda laki-laki yang berusia antara 15 hingga 35 tahun. 

Menurut keterangan dari migran, mereka sudah mengarungi perjalanan di laut selama 8 hari dari Gambia. Migran tersebut diketahui berasal dari Senegal, Mali, Gambia, dan Pantai Gading. 

3. Uni Eropa desak Mauritania tegakkan HAM bagi migran

Ilustrasi kapal migran yang melalui Selat Inggris. (Unsplash.com/Jametlene Reskp)

Pada Agustus, Uni Eropa desak Mauritania untuk menegakkan hak asasi manusia (HAM). Keputusan didorong bukti dari HRW bahwa otoritas Mauritania melakukan pelanggaran HAM kepada migran asal Afrika Barat. 

“Selama beberapa tahun, otoritas Mauritania melakukan tindakan penyiksaan untuk mengontrol migrasi. Sayangnya, kasus ini sudah umum terjadi di Afrika Utara dan mereka melanggar hak dari migran Afrika atau kawasan lainnya,” ungkap Peneliti HRW, Lauren Seibert. 

HRW menyebut sudah mencatat adanya kasus kekerasan kepada 77 migran dan pencari suaka di Mauritania. Mereka termasuk laki-laki, perempuan, anak-anak, bahkan warga negara Mauritania sendiri. 

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team