Imbas Krisis Valuta Asing dan BBM, Kini Sri Lanka Hadapi Krisis Medis

Pasokan obat di Sri Lanka menipis

Jakarta, IDN Times- Asosiasi Pekerja Medis Sri Lanka pada Selasa (5/4/2022) mengumumkan keadaan darurat medis akibat kelangkaan beberapa jenis obat-obatan esensial di rumah sakit, dikutip The Guardian

Negara yang terletak di Asia Selatan ini diketahui sedang mengalami krisis ekonomi akibat menipisnya ketersediaan valuta asing.

Perlu diketahui bahwa 85 persen produk farmasi Sri Lanka merupakan hasil impor yang dibeli dengan dollar AS. Oleh karena itu, dengan tidak adanya valuta asing, pemerintah Sri Lanka tidak mampu memenuhi pasokan obat-obatan dalam negeri. 

1. Dokter-dokter di Sri Lanka melancarkan protes

Serikat dokter Sri Lanka menggelar demonstrasi pada Rabu (6/4/2022) di jalanan ibu kota Kolombo, sebagai respons atas kelangkaan obat-obatan. 

Dilansir Reuters, Asosiasi Petugas Medis Pemerintah, yang terdiri dari 16 ribu dokter dari seluruh negeri, akan mengumpulkan para petugas medis dari seluruh negeri di Rumah Sakit Nasional Sri Lanka untuk melancarkan aksi protes. 

Seorang dokter spesialis jantung di salah satu rumah sakit di Kolombo, Gotabhaya Ranasinghe, menyatakan bahwa rumah sakit tempatnya bekerja mengalami keterbatasan obat-obatan dan banyak nyawa yang jadi taruhanya.

"Obat-obatan penting untuk pengobatan jantung, obat tekanan darah, obat serangan jantung, semuanya habis. Saya juga mendengar bahwa obat-obatan kanker sudah tidak tersedia lagi, dan ini kondisi yang sangat mengkhawatirkan," katanya.

“Orang-orang sudah bisa melihat dampak krisis pangan dan bahan bakar, tetapi krisis medis baru saja dimulai. Sebagai seorang dokter, rasanya tidak enak mengetahui bahwa saya tidak dapat meresepkan obat-obatan sehingga nyawa pasien berada dalam bahaya. Saya tidak berpikir para politisi sepenuhnya memahami dampaknya,” tambahnya.

Baca Juga: Akibat Perang, Puluhan Ribu Turis Ukraina-Rusia Terdampar di Sri Lanka

2. Bantuan obat-obatan dari India belum kunjung tiba

Pemerintah Sri Lanka telah melakukan berbagai cara untuk memperoleh bantuan dari luar negeri demi mengatasi krisis ekonomi. 

Pada bulan lalu, Sri Lanka dan India menyepakati bantuan obat-obatan senilai 1 miliar dollar. Namun hingga saat ini, bantuan tersebut belum juga tiba, kata seorang narasumber anonim yang mengetahui diskusi tersebut.

Malaka Samararathna, seorang pekerja medis di Rumah Sakit Apeksha yang dikelola pemerintah Sri Lanka, mengatakan tidak hanya obat-obatan yang langka tetapi juga bahan kimia yang digunakan dalam pengujian.

Ia mengatakan bahwa pasokan obat-obatan kanker seperti Filgrastim dan Cytarabine dan juga antibiotik semakin menipis.

Pasien kemoterapi perlu untuk dimonitor setiap saat perkembangannya untuk dapat memutuskan tindakan medis selanjutnya. Namun, kelangkaan obat-obatan tadi menyulitkan para dokter yang melakukan pemeriksaan, sehingga sulit untuk menentukan tindakan medis selanjutnya.

3. Presiden Sri Lanka kekeh tak ingin mundur

Imbas Krisis Valuta Asing dan BBM, Kini Sri Lanka Hadapi Krisis MedisPresiden Sri Lanka, Goytabaya Rajapaksa (kiri) bersama Perdana Menteri India, Narendra Modi (kanan). (twitter.com/GotabayaR)

Menteri Jalan Raya Sri Lanka, Johnston Fernando, menyatakan bahwa presiden tak akan mundur walaupun didera berbagai aksi protes.

"Bolehkah saya mengingatkan Anda bahwa presiden ini dipilih oleh 6,9 juta rakyat," kata menteri tersebut di rapat parlemen.

"Sebagai pemerintah, kami dengan jelas mengatakan presiden tidak akan mengundurkan diri dalam keadaan apa pun. Kami akan menghadapi ini," tambahnya.

Saat ini, Sri Lanka dibawah pemerintahan Presiden Gotabaya Rajapaksa sedang mengalami krisis ekonomi terparah sejak kemerdekaan Sri Lanka. Negara itu mengalami kekurangan valuta asing sehingga kesulitan mengimpor barang-barang penting seperti makanan, bahan bakar dan obat-obatan.

Pemerintahan Rajapaksa semakin goyah ketika koalisi yang dipimpinnya kehilangan mayoritas parlemen, akibat penarikan dukungan oleh 41 legislator yang berasal dari Partai Kebebasan Sri Lanka (SLFP). 

“Partai kami berpihak pada rakyat,” kata Maithripala Sirisena, pemimpin SLFP.

Penarikan dukungan ini terjadi sehari setelah seluruh kabinet mengundurkan diri dan oposisi menolak membentuk koalisi dengan Rajapaksa. Menteri Keuangan baru Sri Lanka, Ali Sabry, bahkan langsung mengundurkan diri hanya 24 jam setelah dirinya dilantik.

Baca Juga: Meski Dituduh Gagal Kelola Negara, Presiden Sri Lanka Ogah Mundur

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya