Inggris Tuduh Rusia Gunakan Tim Buzzer untuk Pengaruhi Opini Publik

Tim tersebut diduga berbasis di St.Petersburg

Jakarta, IDN Times - Pada Minggu (1/5/2022), Kantor Urusan Luar Negeri Inggris menuduh Rusia memiliki sebuah tim buzzer untuk menyebarkan disinformasi terkait perang di Ukraina melalui media sosial. Tuduhan ini didasari oleh hasil penelitian yang dibiayai Inggris, dilansir Reuters.

Hasil penelitian tersebut mengungkap bagaimana kampanye disinformasi Kremlin dirancang untuk memanipulasi opini publik internasional tentang invasi Rusia ke Ukraina. Hal itu dinilai sebagai upaya untuk meningkatkan dukungan untuk itu dan merekrut simpatisan baru. 

Baca Juga: Beredar Video Palsu Zelenskyy Pecandu Narkoba, Diduga Rekayasa Rusia

1. Tersebar di 8 platform online

Operasi tersebut telah terdeteksi di delapan platform media sosial, termasuk Telegram, Facebook, Tiktok dan Youtube. Namun, kelompok tersebut lebih aktif menjalankan operasinya di Tiktok dan Youtube.

Kremlin diduga merekrut influencer Tiktok untuk menyebarkan narasi yang mendukung mereka. Sebuah saluran Telegram yang disebut Cyber Front Z dicurigai memainkan peran kunci dalam operasi tersebut, dilansir ARY News.

Kelompok tersebut diduga menggunakan media sosial untuk merekrut pendukung baru. Kemudian mereka akan diarahkan untuk melakukan spam komentar yang mendukung invasi Rusia ke Ukraina. Target yang menjadi sasaran spam ini biasanya adalah akun-akun media sosial dari tokoh yang dikenal vokal mengkritik Kremlin, menurut Reuters.

Analisis menunjukkan salah satu kegiatan utama kelompok tersebut adalah untuk mengarahkan perhatian diskusi di media sosial dan di bagian komentar berbagai surat kabar menuju opini yang menguntungkan Kremlin, tulis The Guardian.

Baca Juga: Meski Gagal Diduduki Rusia, Donbass Dikhawatirkan Tinggal Puing-Puing

2. Diduga terkait dengan salah satu sekutu Putin

Tim buzzer Rusia ini diduga terkait dengan salah satu sekutu Putin yaitu Yevgeny Prigozhin. Ia merupakan pendiri Badan Riset Internet yang dituduh ikut campur dalam pemilihan 2016 yang membuat Donald Trump memenangkan kursi kepresidenan.

Markas besar tim propaganda Rusia ini diduga terletak di ruang sewaan di sebuah pabrik yang memproduksi peralatan dan teknologi militer yang berlokasi di Kota St. Petersburg, dilansir The Guardian.

Kelompok tersebut dikabarkan telah menargetkan akun Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dan menteri Inggris lainnya, bersama dengan para pemimpin dunia lain termasuk Kanselir Jerman, Olaf Scholz dan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell.

Akun media sosial dari band dan musisi termasuk Daft Punk, David Guetta, Tiesto dan Rammstein juga tampaknya menjadi sasaran operasi propaganda Rusia tersebut, dilansir ARY News.

Baca Juga: Benarkah Rusia 'Bujuk' Kota Kherson Lakukan Referendum Palsu?

3. Pemerintah Inggris berusaha lemahkan mesin propaganda Rusia

Menteri Luar Negeri Inggris, Liz Truss, mengatakan bahwa pihaknya telah mengajak mitra internasional untuk bekerja sama melemahkan operasi disinformasi Rusia.

“Kami tidak dapat membiarkan Kremlin dan tim propagandanya untuk menyerang ruang online kami dengan kebohongan mereka tentang perang ilegal Putin" kata Liz Truss, dilansir The Guardian.

“Pemerintah Inggris telah memperingatkan mitra internasional dan akan terus bekerja sama dengan sekutu dan platform media untuk melemahkan operasi informasi Rusia" tambahnya.

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya