Kontes Eurovision: Bendera Palestina Dilarang, tapi LGBT-Israel Boleh 

Hanya bendera negara peserta dan LGBTQ yang diizinkan

Jakarta, IDN Times - Kontes Lagu Eurovision 2024 akan digelar di Malmo, Swedia pada 7-11 Mei 2024. Namun, European Broadcasting Union (EBU) selaku penyelenggara kontes telah mengumumkan larangan membawa bendera Palestina atau simbol pro-Palestina lainnya bagi para penonton.

Keputusan kontroversial ini diambil di tengah meningkatnya ketegangan terkait partisipasi Israel dalam ajang bergengsi tersebut, yang dipicu oleh konflik berkelanjutan antara Israel dan Hamas di Gaza. Aturan ini menuai pro dan kontra dari berbagai pihak, terutama para penggemar setia Eurovision.

1. Aturan bendera Eurovision

Juru bicara EBU, Michelle Roverelli, mengatakan bahwa hanya bendera dari 37 negara peserta dan bendera pelangi LGBTQ yang diizinkan untuk dibawa dan dikibarkan oleh penonton. Aturan ini sebenarnya bukan hal baru karena telah diberlakukan sejak penyelenggaraan kontes tahun lalu di Liverpool, Inggris.

"Aturan ini sama dengan tahun lalu. Tidak ada perubahan," tegas Martin Österdahl, supervisor eksekutif Eurovision, dilansir dari Associated Press

Sebelumnya, EBU juga pernah melarang berbagai jenis bendera lain seperti bendera dari wilayah yang dipersengketakan dan bendera yang mempromosikan gerakan separatis. Bahkan bendera Uni Eropa yang sebelumnya diizinkan, kini tidak lagi diperbolehkan.

Meski demikian, kebijakan ini menuai kecaman dari sebagian penggemar yang menuntut Israel dilarang berpartisipasi atas kampanye militernya di Gaza. Bahkan, ribuan musikus dari Islandia, Irlandia dan Swedia telah menandatangani petisi untuk menuntut pelarangan keikutsertaan Israel. 

Baca Juga: Israel Ancam Palestina jika ICC Keluarkan Surat Penangkapan 

2. Penyelenggara tolak kecaman penggemar

Menanggapi protes tersebut, EBU menegaskan kembali bahwa larangan bendera Palestina bukanlah kebijakan baru. Mereka juga menolak perbandingan dengan keputusan melarang Rusia tahun lalu menyusul invasinya ke Ukraina.

"Kami memahami kekhawatiran dan pandangan mendalam seputar konflik yang sedang berlangsung di Timur Tengah," ujar EBU dalam sebuah pernyataan pada Januari lalu.

Namun, Eurovision bersikukuh untuk tetap menjadi kontes non-politik. Terlepas dari kecaman tersebut, EBU menegaskan tidak akan mengekang demonstrasi pro-Palestina yang berlangsung di luar arena kontes.

"Kami mendukung hak mereka yang ingin berdemonstrasi secara damai," imbuh EBU.

3. Reaksi penggemar Eurovision

Keputusan EBU ini memecah opini para penggemar Eurovision. Sebagian mengkritik larangan bendera Palestina ini sebagai pembatasan terhadap kebebasan berekspresi.

"Keputusan ini sangat mengecewakan dan merupakan batasan keras pada kebebasan berekspresi," keluh Inga Straumland, penggemar asal Islandia. Ia juga menyayangkan tetap diizinkannya bendera Israel.

Namun, penggemar lain seperti Sophia Ahlin, ketua klub penggemar Eurovision Swedia menilai aturan ini sebagai hal yang wajar.

"Ini bukan hal yang tidak biasa untuk hanya mengizinkan bendera dari negara-negara peserta," ujar Ahlin, dikutip dari New York Times. 

Saking kecewanya, beberapa penggemar memilih untuk memboikot ajang tahunan ini karena keikutsertaan Israel. Straumland misalnya, lebih memilih untuk menghadiri pesta alternatif yang akan membawakan lagu-lagu Eurovision lawas.

"Dan saya akan membawa bendera Palestina," kata Straumland.

Baca Juga: Dubes Swedia untuk Indonesia Daniel Blockert Berkunjung ke IDN Media

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya