Sempat Rival, Nikki Haley Berbalik Dukung Trump di Pilpres AS 2024

Haley akui Trump tidak sempurna, namun Biden lebih buruk

Intinya Sih...

  • Nikki Haley mendukung Trump dalam pemilihan presiden AS 2024, meski pernah kritis terhadapnya.
  • Haley menyebut Biden lebih buruk daripada Trump, meskipun mengakui ketidaksempurnaan kebijakan Trump.
  • Pernyataan dukungan Haley menuai kritik dan meraih dukungan signifikan dari pemilih Republik di beberapa negara bagian.

Jakarta, IDN Times - Nikki Haley, mantan Gubernur South Carolina yang pernah menjadi kritikus paling vokal terhadap Donald Trump, menyatakan akan mendukung rivalnya itu dalam pemilihan presiden AS 2024. Melansir dari The Guardian, pernyataan mengejutkan ini disampaikannya dalam sebuah acara oleh lembaga think tank, Hudson Institute pada Rabu (22/5/2024).

Ini adalah penampilan publik pertama Haley sejak mundur dari pemilihan pendahuluan Partai Republik pada Maret lalu. Saat itu, dia gagal menandingi dominasi Trump yang memperoleh dukungan luas dari kader partai untuk maju kembali sebagai calon presiden.

Baca Juga: Eks Dubes Nikki Haley Maju Nyapres di Pemilu AS 2024

1. Kritikus vokal Donald Trump

Perubahan sikap Haley ini cukup mengejutkan banyak pihak, mengingat retorika pedasnya terhadap Trump selama berkompetisi dengannya dalam pemilihan pendahuluan Partai Republik. Dia kerap mengkritik keras karakter dan kebijakan Trump yang disebutnya membawa kekacauan bagi Amerika.

Dalam penjelasannya, Haley menyebut sejumlah prioritasnya dalam memilih presiden. Poin-poin tersebut seperti: mendukung sekutu, meminta pertanggungjawaban musuh, mengamankan perbatasan, menjunjung kapitalisme dan kebebasan, serta menekan utang negara.

"Trump memang tidak sempurna dalam kebijakan-kebijakan itu. Saya telah berkali-kali menegaskan itu. Namun Biden telah menjadi bencana. Maka saya akan memilih Trump," ujar mantan Duta Besar AS untuk PBB tersebut.

Meski begitu, Haley tidak memberi dukungan penuh pada Trump begitu saja. Dia berharap sang mantan presiden cukup cerdas untuk merangkul kembali jutaan pemilihnya. 

2. Keputusan Haley menuai kritik

Pernyataan dukungan Haley kepada Trump menuai banyak kritik dari berbagai pihak. Mereka menilai Haley bersikap tidak konsisten dan terkesan bermuka dua dengan meninggalkan perjuangannya sendiri.

"Ketika Haley bilang Trump harus meraih mereka yang tidak mendukungnya, ternyata maksudnya Trump boleh seenaknya memperlakukan Haley dan pendukungnya, tapi Haley akan tetap tunduk padanya," kecam Sarah Longwell, penerbit situs konservatif The Bulwark.

Di sisi lain, meski sudah keluar dari persaingan capres, Haley ternyata masih memperoleh dukungan signifikan dari para pemilih Republik di berbagai negara bagian. Survei menunjukkan Haley masih meraup sekitar 6-22 persen suara di negara bagian seperti Kentucky, Indiana, Maryland, dan Nebraska.

Potensi dukungan ini tak luput dari perhatian kubu Presiden Biden. Juru bicara kampanyenya, Michael Tyler, tampak berupaya merangkul pendukung Haley yang kecewa dengan sikap Trump.

"Suara mereka tetap penting, karena masih ada banyak pemilih Republik yang menolak kekacauan dan perpecahan ala Trump," ujarnya.

Baca Juga: Para Taipan Minyak Makan Siang dengan Donald Trump, Mau Suntik Dana?

3. Haley desak AS lebih aktif di dunia internasional

Dalam pidatonya di hadapan para diplomat, Haley juga menyinggung perdebatan soal arah politik luar negeri AS. Dia mengkritik pandangan sayap Partai Republik yang menginginkan kebijakan isolasionis "America First", yakni menarik diri dari konflik global dan fokus menyelesaikan masalah domestik.

"Mereka kira dengan abai pada dunia, maka dunia akan abai pada kita dan negara kita akan lebih aman. Itu tidak benar. Pandangan ini justru membuat AS dalam bahaya besar," tegasnya.

Haley memberi dukungan pada langkah Ketua DPR Kevin McCarthy yang menggolkan bantuan untuk Ukraina dan Israel di Kongres. Dia mengkritik rekan Republikannya yang menolak bantu negara lain sebelum masalah keamanan perbatasan AS tuntas.

Lebih lanjut, Haley menyerang kebijakan Presiden Biden yang dinilai lemah terhadap musuh-musuh AS. Dia menyebut keputusan Biden menahan pengiriman bom ke Israel adalah kebodohan yang memicu perang lebih lama. Penarikan pasukan dari Afghanistan juga disebut telah membuat Iran dan Rusia makin agresif.

"Warisan Biden sudah jelas. Dia akan dikenang sebagai panglima tertinggi yang menolak menghentikan musuh kita," tegas Haley. 

Baca Juga: Trump Kecam Imigran Ilegal, Puji Tokoh Kanibal Fiktif Hannibal Lecter

Leo Manik Photo Verified Writer Leo Manik

...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya