Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi kota di Lebanon (unsplash.com/Maxime Guy)
ilustrasi kota di Lebanon (unsplash.com/Maxime Guy)

Intinya sih...

  • AS bantah korban adalah warga negaranya.

  • Pemerintah Lebanon minta komunitas internasional tingkatkan tekanan terhadap Israel.

  • Presiden Lebanon dan Perdana Menteri Lebanon mendesak komunitas internasional untuk menekan Israel agar menarik diri dari wilayah Lebanon.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Sedikitnya lima orang tewas dan dua lainnya terluka akibat serangan udara Israel di Lebanon selatan. Meskipun gencatan senjata telah disepakati hampir setahun lalu, Israel terus menyerang negara tetangganya itu hampir setiap hari.

Menurut laporan National News Agency (NNA), drone Israel menargetkan sebuah sepeda motor dan mobil di kota Bint Jbeil pada Minggu (21/9/2025). Militer Israel (IDF) mengklaim berhasil membunuh seorang anggota Hizbullah dalam serangan itu, meskipun beberapa warga sipil yang tidak terlibat turut menjadi korban.

“IDF menyesalkan setiap kerugian yang menimpa individu yang tidak terlibat dan berupaya meminimalkan korban sebanyak mungkin. Insiden ini sedang ditinjau,” demikian pernyataan IDF.

1. AS bantah para korban adalah warga negaranya

Ketua Parlemen Lebanon, Nabih Berri, menyatakan bahwa seorang ayah dan tiga anaknya termasuk di antara korban tewas, sementara sang ibu terluka. Mereka disebut memiliki kewarganegaraan AS.

Namun, klaim ini dibantah oleh juru bicara Departemen Luar Negeri AS.

“Meski situasinya tidak menentu, sejauh ini indikasinya menunjukkan bahwa kelima korban tewas bukan warga negara AS. Faktanya, salah satunya pernah mengajukan permohonan visa imigran yang belum digunakan," katanya kepada CNN.

2. Pemerintah Lebanon minta komunitas internasional tingkatkan tekanan terhadap Israel

Presiden Lebanon, Joseph Aoun, yang sedang menghadiri Sidang Majelis Umum PBB (UNGA) di New York, mengecam serangan tersebut dan menyebutnya sebagai pembantaian. Ia mendesak komunitas internasional untuk menekan Israel agar menarik diri dari wilayah Lebanon dan mematuhi kesepakatan gencatan senjata.

Tuntutan serupa juga disampaikan oleh Perdana Menteri Lebanon, Nawaf Salam. Ia menuduh Israel telah melakukan pembantaian baru di negaranya.

“Apa yang terjadi adalah kejahatan terang-terangan terhadap warga sipil dan pesan intimidasi yang menargetkan warga kami yang kembali ke desa mereka di selatan. Komunitas internasional harus mengecam keras Israel atas pelanggaran berulang-ulangnya terhadap resolusi internasional dan hukum internasional," kata Salam, dikutip dari Al Jazeera.

3. Pelanggaran yang dilakukan Israel hambat upaya pelucutan senjata Hizbullah

AS, Arab Saudi, dan para penentang Hizbullah di Lebanon telah menekan kelompok yang didukung Iran tersebut untuk menyerahkan senjatanya. Namun, Hizbullah menolak keras perintah tersebut. Mereka mengatakan bahwa melucuti senjata sementara Israel terus melancarkan serangan terhadap Lebanon adalah sebuah kesalahan besar.

Sejak gencatan senjata Lebanon-Israel yang dimediasi AS berlaku pada November 2024, Tel Aviv telah melancarkan lebih dari 4.500 serangan ke negara tetangganya itu. Pemerintah Lebanon menyatakan bahwa pelanggaran berulang yang dilakukan Israel terhadap gencatan senjata telah merusak upaya mereka untuk melucuti persenjataan Hizbullah, dilansir dari The Guardian.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team