Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Pasukan militer Rusia. (commons.wikimedia.org/Mil.ru, free to use)

Jakarta, IDN Times – Rusia berupaya melobi pemimpin baru Suriah untuk mengamankan kembali pangkalan militernya di wilayah Tartus dan Khemeim. Langkah itu terlihat jelas dalam kunjungan yang dilakukan Moskow sejak dua pekan lalu.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Rusia, Maria Zakharova, mengatakan pada Jumat (14/2/2025) bahwa upaya negosiasi kini masih berjalan. Ia mengatakan tak bisa memberikan rincian lebih lanjut karena dikhawatirkan menghalangi jalannya perundingan.

"Diskusi kami dengan pihak Suriah difokuskan pada klarifikasi peluang yang tersedia untuk kerja sama bilateral pada tahap ini. Masalah kehadiran militer Rusia di Suriah juga menjadi bagian dari diskusi ini," katanya, dilansir Anadolu Agency.

Kunjungan diplomatik pertama setelah jatuhnya rezim Bashar Al Assad dilakukan oleh Rusia ke Suriah pada Selasa, 28 Januari. Moskow mengutus Wakil Menlu, Mikhail Bogdanov, beserta utusan khusus presiden untuk Suriah, Alexander Lavrentyev.

1. Peran sangat strategis di Timur Tegah

Pangkalan di Suriah merupakan pangkalan Rusia satu-satunya di luar negeri yang telah ada sejak masa Uni Soviet. Berlokasi di Laut Mediterania, pangkalan tersebut berperan sangat strategis untuk kekuatan Rusia di kawasan Timur Tengah.

Dilansir VOA, setelah jatuhnya rezim Assad pada Desember 2024, Rusia memutuskan untuk menarik pasukannya dari pangkalan di Tartus dan Khemeim. Meski begitu, Presiden Rusia, Vladimir Putin, membantah bahwa penarikan pasukan itu menandai kekalahan Rusia di Timur Tengah.

Rusia memindahkan seluruh peralatan militernya dari Suriah ke Libya. Pada akhir Desember 2024, dilaporkan bahwa pemindahan itu ditujukan untuk mempertahankan jalur operasional Rusia ke wilayah Afrika.

”Rusia dilaporkan telah mentransfer sistem pertahanan udara S-300 dan S-400 ke Libya bersama sekitar 1.000 personel militer,” lapor The New Arab.

Saat itu, Rusia memperhitungkan transisi kekuasaan yang kini terjadi di wilayah Suriah. Suriah yakin, hal semacam itu dapat mengganggu stabilitas yang berimbas pada keberadaan Rusia di wilayah itu.

2. Suriah sanggupi permintaan Rusia, asalkan mau ekstradisi Assad

Editorial Team

Tonton lebih seru di