Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Scholas Occurrentes
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menjadi pembicara kunci dalam Kongres Internasional ke-10 Scholas Chairs di Roma, Italia. (IDN TImes/Uni Lubis)

Intinya sih...

  • Paus Fransiskus meresmikan Scholas Occurrentes Indonesia yang berfokus pada pemuda melalui seni, olahraga, dan teknologi untuk membangun toleransi dan persatuan

  • Luhut bertemu dengan peserta Program Young Changemakers dan melakukan berbagai kegiatan selama empat hari di Vatikan dan Roma

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Vatikan, IDN Times – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menjadi pembicara kunci dalam Kongres Internasional ke-10 Scholas Chairs. Penasihat Khusus Presiden Prabowo Subianto di bidang Digitalisasi dan Teknologi Pemerintahan itu berada di Vatikan dan Roma, Italia untuk menghadiri seri kegiatan yang diadakan Scholas Occurrentes, sebuah organisasi global yang promosikan pendidikan kepemudaaan, didirikan Paus Fransiskus.

Scholas Occurrentes menggelar Kongres Internasional Scholas Chairs dengan tema “Kecerdasan Tanpa Makna Atau Makna Kecerdasan Buatan (AI)?”. Rangkaian acara digelar pada 17-19 November 2025 di Pontifical Urbaniana University di Roma. Lokasinya masuk ke area Vatikan. Kongres tahun ini juga diselenggarakan untuk memperingati proyek global mereka, “Journey of Hati, Hope and Humanity”. Perjalanan hati, harapan dan kemanusiaan. Sebuah kegiatan yang bertujuan membangun dialog antar budaya, solidaritas dan perdamaian melalui Pendidikan dan nilai-nilai bersama.

“Kegiatan tahun ini juga sekaligus sebagai perayaan 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Holy See, Vatikan,” demikian dalam undangan yang diterima penulis, dan ditandatangani oleh Jose Maria del Corral, Presiden Pontifical Scholas Occurrentes serta Enrique Palmeyro, sekretaris jenderalnya. “Perayaan ini untuk menghormati peran tak ternilai Indonesia dalam promosi dialog antar budaya dan agama serta membangun jembatan yang kokoh untuk persaudaraan dan saling pengertian,” lanjut kedua pemimpin organisasi ini.

Acara dihadiri oleh akademisi dari Scholas Chairs, peneliti dari lebih 100 universitas yang berkomitmen terhadap isu sosial, pihak penggiat sipil dan pemerintah.

1. Luhut ingatkan pendidikan untuk mencegah Artificial Intelligence menjadi 'Monster'

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menjadi pembicara kunci dalam Kongres Internasional ke-10 Scholas Chairs di Roma, Italia. (IDN TImes/Uni Lubis)

Dalam pidato kuncinya, Luhut mengingatkan pentingnya pendidikan sebagai sarana untuk mengingatkan martabat manusia. "Kemunculan AI membuat pendidikan semakin penting—bukan semakin tidak penting. Pendidikan berkualitas tinggi memberikan kaum muda kemampuan untuk membentuk teknologi dengan penuh rasa kemanusiaan. Pendidikan dapat memastikan bahwa AI tidak menjadi Monster," kata Luhut, di depan 150 an hadirin di Auditorium universitas.

Luhut juga menceritakan Metode GASING, sebuah hadiah dari Indonesia. Diciptakan oleh Profesor Yohanes Surya dari IT DEL, institut teknologi yang didirikan Luhut dan istrinya di kawasan Danau Toba, Balige, Sumatera Utara. Metode pembelajaran matematika GASING—yang artinya menyenangkan, intuitif, dan sederhana; melalui permainan dan nyanyian, telah mengubah kehidupan di beberapa provinsi terpencil di Indonesia.

"Untuk memastikan AI dapat meningkatkan martabat masyarakat, kita harus membangunnya dengan kesengajaan dan makna, bukan hanya efisiensi, " kata Luhut.

AI, lanjutnya, harus mendukung pembelajaran, memperluas peluang, dan memperkuat hubungan antarmanusia. "Seperti yang diingatkan oleh Paus Fransiskus selama kunjungannya ke Indonesia: teknologi tidak boleh mengabaikan sisi manusia. AI harus menjunjung tinggi potensi manusia, bukan mengabaikannya.Oleh karena itu, kita harus menetapkan pagar etika dalam pengembangannya dan memastikan bahwa AI memupuk pendidikan, dialog, dan inklusi," ujar Luhut.

2. Saat ke Indonesia, Paus Fransiskus meresmikan Scholas Occurrentes Indonesia

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menjadi pembicara kunci dalam Kongres Internasional ke-10 Scholas Chairs di Roma, Italia. (IDN TImes/Uni Lubis)

Scholas Occurrentes adalah sebuah organisasi nirlaba, gerakan pendidikan kepemudaan global yang didirikan Paus Fransiskus, resminya sejak 2013 di Buenos Aires, Argentina. Paus Fransiskus berasal dari Argentina dan menjadi Kepala Tahta Suci Vatikan sejak Maret 2013. Dia lahir di Buenos Aires, pada 17 Desember 1936 dengan nama Jorge Mario Bergoglio. Kemudian menjabat Kardinal Argentina. Saat menjadi Paus, usianya sudah 70 tahun. Dia adalah Paus pertama dari Ordo Yesuit. Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin Paskah, 21 April 2025 di usia 88 tahun.

Di Indonesia, Scholas Occurrentes lahir berfokus pada pemuda melalui seni, olahraga, dan teknologi untuk membangun toleransi dan persatuan. Gerakan ini diresmikan di Indonesia pada September 2024 dan telah memulai kerja sama dengan Keuskupan Bogor sebagai cikal bakal programnya di Asia Tenggara. Kegiatan Scholas Occurrentes Indonesia didukung 5P Global Movement, sebuah inisiatif global yang didirikan oleh pengusaha dan filantropi Indonesia Arsjad Rasjid, yang kini menjabat Ketua Dewan Pertimbangan Kadin Indonesia.

Scholas Occurentes Indonesia merupakan yang pertama di Asia Tenggara. Pada saat berkunjung ke Indonesia, 5 September 2024, Paus Fransiskus meresmikan Scholas Indonesia.

3. Luhut bertemu dengan peserta Program Young Changemakers

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan menjadi pembicara kunci dalam Kongres Internasional ke-10 Scholas Chairs di Roma, Italia. (IDN TImes/Uni Lubis)

Dalam rangkaian kegiatan selama empat hari di Vatikan dan Roma, Luhut bertemu dengan pimpinan Pontificial Urbaniana University, mendengarkan paparan The Gasing Method Yohanes Surya yang diajak Luhut ke Konferensi, melakukan pertemuan dengan anak-anak muda peserta Program Young Changemakers saat berkunjung ke Markas Pusat Scholas Occurrentes, serta bertemu dengan anak-anak dari Indonesia, Ukraina dan Palestina yang menjadi perhatian program 5P Kids Movement.

Luhut juga melakukan audiensi dengan Paus Leo XIV. Di Roma, Luhut dijadwalkan menghadiri sesi khusus di parlemen Italia serta secara khusus menyampaikan pidato untuk penyelenggaraan Konferensi Scholas Chairs ke-XI.

Editorial Team