ilustrasi bendera Prancis (unsplash.com/Alice Triquet)
Susunan kabinet baru Macron justru memperlihatkan minimnya pembaruan. Bruno Retailleau tetap menjabat Menteri Dalam Negeri, Gerald Darmanin tetap di pos hukum, dan mantan PM Elisabeth Borne, arsitek reformasi pensiun Macron, kini menjabat Menteri Pendidikan.
Sementara Amelie de Montchalin, perancang RUU Anggaran 2025, masih menjadi Menteri Anggaran. Satu-satunya kejutan datang dari kembalinya Bruno Le Maire, mantan Menteri Keuangan, sebagai Menteri Pertahanan.
“Tidak ada yang baru di sini. Rakyat Prancis menginginkan perubahan, tapi yang diberikan hanyalah kelanjutan masa lalu,” kata Jordan Bardella, pemimpin partai sayap kanan National Rally, di platform X.
Untuk meredakan ketegangan, Lecornu berjanji tidak akan menggunakan Pasal 49.3, mekanisme konstitusional yang memungkinkan pemerintah melewati pemungutan suara parlemen. Namun, tanpa alat itu, pemerintahannya akan lebih sulit meloloskan anggaran 2026.
Jika Lecornu mampu bertahan dari mosi tidak percaya pekan ini, ujian berikutnya menanti Roland Lescure, Menteri Keuangan baru yang akan memimpin negosiasi anggaran.
Lescure, 58 tahun, dikenal sebagai teknokrat yang dekat dengan Macron. Ia pernah memimpin Komisi Urusan Ekonomi di parlemen dan menjabat Menteri Industri sejak 2022. Sebelum berkarier di politik, Lescure sempat bekerja di sektor keuangan dan bahkan memiliki latar belakang sebagai mantan simpatisan Partai Sosialis.
Namun, kali ini Lescure harus menghadapi tekanan dari berbagai arah, oposisi menuntut pajak kekayaan baru, penghapusan undang-undang pensiun 2023, dan pengurangan kecepatan pemotongan defisit.
Dengan kondisi ekonomi yang memburuk dan kepercayaan publik yang menurun, masa depan kabinet Lecornu kini bergantung pada kemampuannya menjaga keseimbangan antara stabilitas politik dan tuntutan perubahan.