Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
bendera Pakistan (unsplash.com/Abuzar Xheikh)

Jakarta, IDN Times - Otoritas Kashmir yang dikelola Pakistan telah menutup lebih dari 1.000 sekolah agama (madrasah) karena khawatir serangan militer dari India. Ketegangan antara kedua negara tetangga ini meningkat usai serangan mematikan pekan lalu.

“Kami telah mengumumkan libur 10 hari untuk semua madrasah di Kashmir,” kata Hafiz Nazeer Ahmed, kepala departemen urusan agama setempat.

India menyalahkan Pakistan atas serangan bersenjata yang menewaskan 26 orang di Pahalgam, Kashmir yang dikelola India, pada 22 April 2025. Perdana Menteri India, Narendra Modi, telah memberikan kebebasan operasional penuh kepada militer untuk menangani insiden tersebut.

Pakistan sendiri menyangkal keterlibatannya dalam serangan itu. Dalam pernyataan yang disiarkan televisi pada Rabu (30/4/2025) pagi, Menteri Penerangan Pakistan, Attaullah Tarar, mengatakan bahwa India kemungkinan akan melancarkan serangan ke negaranya dalam 24-36 jam ke depan. Pihaknya berjanji bahwa setiap tindakan agresi akan ditanggapi dengan tegas.

1. Warga persiapkan diri jika terjadi serangan

Dilansir dari Al Jazeera, sekitar 1,5 juta orang tinggal di dekat Garis Kontrol (LoC) di Kashmir yang dikelola Pakistan. Warga kini bersiap menghadapi kemungkinan terburuk, bahkan mulai menyiapkan bunker bawah tanah sederhana berdinding lumpur.

“Selama satu minggu kami terus-menerus hidup dalam ketakutan, terutama mengenai keselamatan anak-anak kami. Kami memastikan mereka tidak berkeliaran setelah pulang sekolah dan langsung kembali ke rumah," ujar Iftikhar Ahmad Mir, seorang pedagang berusia 44 tahun di Chakothi, dekat Garis Kontrol (LoC).

Petugas layanan darurat di Muzaffarabad, kota utama di Kashmir yang dikelola Pakistan, juga telah mulai melatih para siswa tentang apa yang harus dilakukan jika terjadi serangan dari India.

“Kami belajar cara membalut orang yang terluka, cara membawa seseorang dengan tandu, dan cara memadamkan api,” kata Ali Raza, siswa berusia 11 tahun.

2. AS minta kedua negara mengurangi ketegangan

Editorial Team

EditorFatimah

Tonton lebih seru di