AS Minta India dan Pakistan Sama-sama Tahan Diri, Ada Apa?

- Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio menghubungi PM Pakistan dan Menteri Luar Negeri India untuk menurunkan ketegangan di Kashmir setelah serangan mematikan.
- India menutup wilayah udara untuk maskapai Pakistan, saling tuduh soal baku tembak di perbatasan Kashmir, dan menangguhkan Perjanjian Perairan Indus.
- Kashmir menjadi pemicu utama ketegangan antara India dan Pakistan, dengan kedua negara mengklaim wilayah tersebut dan terlibat dalam konflik bersenjata.
Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio menghubungi Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif dan Menteri Luar Negeri India Subrahmanyam Jaishankar secara terpisah pada Rabu (30/4/2025). Rubio meminta kedua negara menurunkan ketegangan setelah serangan mematikan di Kashmir pekan lalu, dilansir Al Jazeera.
Ketegangan antara India dan Pakistan mencapai titik tertinggi akibat serangan di kota Pahalgam pada 22 April yang menewaskan 26 orang. Situasi ini dinilai mirip dengan ketegangan yang terjadi saat serangan bom mobil bunuh diri pada 2019.
Pakistan mengklaim memiliki informasi intelijen bahwa India berencana menyerang dalam 24-36 jam ke depan. Kedua negara telah menutup wilayah udara satu sama lain. Pasukan India-Pakistan juga terlibat baku tembak dengan senjata ringan selama enam malam berturut-turut di perbatasan Kashmir, meski belum ada korban yang dilaporkan.
1. Menlu AS telepon pemimpin India-Pakistan
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Tammy Bruce mengatakan Rubio mengecam serangan di Pahalgam dan meminta pelakunya dibawa ke pengadilan. Rubio menyatakan dukungan AS kepada India dalam melawan terorisme, namun juga mendorong New Delhi agar bekerjasama dengan Pakistan.
Dalam pembicaraannya dengan PM Pakistan, Rubio meminta pertanggungjawaban atas tindakan kekerasan tersebut. Ia juga mendorong Islamabad untuk mendukung upaya penyelidikan.
Kementerian Luar Negeri AS akan memantau perkembangan situasi tersebut.
"Kami berkomunikasi dengan pemerintah India dan Pakistan di berbagai tingkatan. Kami mendorong semua pihak bekerja sama mencari solusi yang bertanggung jawab. Dunia sedang mengawasi situasi ini," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, dilansir The Hindu.
2. Terjadi baku tembak di perbatasan
India menutup wilayah udaranya untuk maskapai Pakistan dari 30 April hingga 23 Mei 2025. Keputusan ini diambil beberapa hari setelah Pakistan lebih dulu memberlakukan larangan serupa.
Tentara India dan Pakistan saling tuduh soal siapa yang memulai baku tembak di perbatasan Kashmir. Tentara India mengatakan pos-pos Pakistan memulai tembakan melintasi Garis Kendali di sektor Naushera, Sunderbani, dan Akhnoor pada malam 29-30 April 2025. Pakistan membantah dan menyebut tentara India yang memulai tembakan di sektor Kiani-Mandal, dilansit TRT Global.
Melansir Anadolu Agency, India juga telah menangguhkan perjanjian pembagian air yang sudah berlangsung lama, yaitu Perjanjian Perairan Indus. PM Pakistan menyesalkan keputusan India yang dianggap mengabaikan komitmen terkait aliran sungai di Kashmir.
"India telah melakukan provokasi yang hanya akan mengalihkan perhatian Pakistan dari upaya berkelanjutan melawan terorisme, terutama dari kelompok militan," ujarnya.
3. Kashmir telah lama jadi sumber ketegangan India-Pakistan
Serangan di kota Pahalgam menjadi pemicu utama ketegangan saat ini. India menuduh serangan tersebut memiliki kaitan dengan Pakistan, namun tuduhan ini dibantah Islamabad.
Menteri Luar Negeri Pakistan Ishaq Dar menegaskan negaranya tidak akan menjadi pihak pertama yang memulai konflik, tetapi akan membalas dengan kuat jika India menyerang lebih dulu. Pasukan Pakistan dinyatakan dalam keadaan siaga dan waspada menghadapi situasi ini.
Kashmir adalah wilayah pegunungan Himalaya yang diperebutkan India dan Pakistan. Kedua negara mengklaim memiliki seluruh wilayah Kashmir, namun saat ini masing-masing negara hanya menguasai sebagian wilayahnya.
India menuduh Pakistan mendukung kelompok bersenjata di Kashmir. Sementara, Islamabad menyatakan hanya memberikan dukungan moral dan diplomatik terhadap perjuangan Kashmir.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga telah menelepon pejabat India dan Pakistan secara terpisah. Ia meminta kedua negara menghindari konfrontasi yang bisa berakibat fatal.