Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Kementerian Luar Negeri RI. (IDN Times/Marcheilla Ariesta)
Kementerian Luar Negeri RI. (IDN Times/Marcheilla Ariesta)

Jakarta, IDN Times – Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Republik Indonesia buka suara terkait wafatnya seorang mahasiswa Indonesia di Belanda, Muhammad Athaya Helmi Nasution (18). Athaya meninggal dunia ketika mendampingi rombongan pejabat RI dalam kunjungan ke Wina, Austria, pada akhir Agustus 2025 lalu.

Direktur Pelindungan WNI Kemlu, Judha Nugraha, menyebut Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Wina sudah melakukan koordinasi dengan otoritas setempat mengenai peristiwa tersebut. Dari hasil otopsi, Athaya disebut meninggal karena dugaan kejang atau suspected seizure.

Athaya yang merupakan mahasiswa Universitas Hanze, Groningen, Belanda, ditugaskan sebagai liaison officer (LO) dalam rangkaian pertemuan pejabat RI dengan otoritas Austria. Namun, penugasan itu dikelola langsung oleh pihak event organizer (EO) dari Indonesia.

1. Hasil otopsi sebut dugaan kejang

Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia (PWNI dan BHI) Kemlu RI, Judha Nugraha. (IDN Times/Marcheilla Ariesta)

Judha menjelaskan, sejak awal KBRI Wina sudah mendampingi penanganan kasus ini. Termasuk, memberikan dukungan kepada keluarga Athaya hingga pemulangan jenazah ke Indonesia.

"KBRI Wina telah melakukan koordinasi dengan otoritas setempat dan diperoleh informasi, berdasarkan hasil otopsi, almarhum meninggal karena dugaan kejang (suspected seizure)," kata Judha dalam pernyataan resmi, Selasa (9/9/2025).

Jenazah Athaya sudah dipulangkan ke Indonesia pada 4 September 2025 sesuai permintaan keluarga. Pemulasaran jenazah juga dilakukan bersama komunitas Islam Indonesia di Wina.

2. Ada kemungkinan heat stroke

Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda juga menyampaikan belasungkawa atas kepergian Athaya. Dalam pernyataan di akun Instagram resminya, PPI menyebut anggota mereka itu mendampingi kunjungan pejabat publik, termasuk DPR, OJK, dan Bank Indonesia, pada 25 hingga 27 Agustus 2025 di Wina.

Menurut mereka, penyebab meninggalnya Athaya kemungkinan besar terkait heat stroke akibat dehidrasi, kurang asupan nutrisi, kelelahan, hingga ketidakseimbangan elektrolit. Kondisi itu diperparah oleh aktivitas padat sejak pagi hingga malam.

"Turut berduka cita yang sedalam-dalamnya atas wafatnya salah satu anggota kami, Muhammad Athaya Helmi Nasution, yang merupakan anggota PPI Groningen,” tulis PPI Belanda dalam pernyataannya, Senin (8/9/2025).

3. PPI tuntut akuntabilitas EO

PPI Belanda menyoroti minimnya tanggung jawab dari pihak EO maupun pejabat publik yang hadir dalam kegiatan di Wina. Mereka menyebut tidak ada pernyataan, permintaan maaf, ataupun pendampingan dari pihak penyelenggara kepada keluarga almarhum.

Selain itu, keluarga Athaya juga mengeluhkan adanya indikasi penutupan informasi terkait kegiatan dan pihak yang dipandu Athaya selama di Wina.

"PPI Belanda menuntut akuntabilitas, transparansi, dan pertanggungjawaban dari pihak EO. Koordinator Liaison Officer harus segera merespons peristiwa meninggalnya Athaya," tegas PPI.

Mereka juga meminta KBRI di berbagai negara, termasuk Den Haag, untuk menghentikan praktik melibatkan mahasiswa sebagai pendamping dalam kunjungan pejabat publik tanpa adanya koordinasi resmi dengan organisasi pelajar setempat.

Editorial Team