March for Our Lives: 6 Remaja Kritik Kepemilikan Senjata di AS

Washington DC, IDN Times - Sebuah demonstrasi besar-besaran untuk memprotes kebijakan kepemilikan senjata api oleh warga sipil terjadi di Amerika Serikat pada Sabtu (24/3). Demonstrasi tersebut diselenggarakan oleh para pelajar yang menamakan gerakan mereka "March for Our Lives".
Berdasarkan situs resmi mereka, demonstrasi itu diikuti oleh lebih dari 800 pelajar di sejumlah kota di Amerika Serikat. Mereka menuntut adanya reformasi undang-undang kepemilikan senjata api. Demonstrasi tersebut dilatarbelakangi oleh penembakan di Parkland, Florida, yang menewaskan 73 remaja sekolah.
Dimotori oleh para anak muda yang masih duduk bangku sekolah, "March for Our Lives" memberi kesempatan kepada generasi Z untuk menyuarakan keprihatinan mereka. Ada enam remaja perempuan yang memberikan pidato menggugah dan sangat inspiratif. Mereka adalah:
1. Emma Gonzales
Emma adalah siswi Marjory Stoneman Douglas yang menjadi lokasi penembakan oleh Nikolas Cruz pada Februari lalu. Pelajar berusia 18 tahun tersebut menjadi salah satu tokoh utama dalam gerakan tersebut. Saat berpidato dalam demonstrasi tersebut, Emma menyebutkan 17 nama korban dan staf sekolah yang tewas.
Kemudian, ia diam selama empat menit. Air matanya menetes. Pandangannya tajam penuh kemarahan kepada pemerintah yang dianggap lemah. Emma pertama kali mencuri perhatian ketika berbicara di atas podium usai penembakan terjadi. Ia menyebut para pembuat kebijakan penuh omong kosong.
2. Edna Chavez
Aktivis remaja lainnya yang mencuri perhatian adalah Edna Chavez. Ia memang bukan siswi Marjory Stoneman Douglas, tapi Edna yang berumur 17 tahun itu merupakan salah satu anggota sebuah komunitas yang memperjuangkan keadilan sosial di Los Angeles.
Kakaknya juga tewas karena penembakan. Ia berangkat ke Washington DC untuk menyuarakan protesnya kepada para pembuat kebijakan dan menyindir situasi yang dipaksakan oleh mereka. "Ini normal—normal hingga ke titik di mana aku belajar menghindari peluru sebelum aku tahu caranya membaca," ucapnya dari podium.
3. Sarah Chadwick
Sama seperti Emma, Sarah juga merupakan pelajar di Marjory Stoneman Douglas. Sebelum berdiri di podium pada Sabtu kemarin, Sarah sempat viral karena cuitannya yang mengejek juru bicara Asosiasi Senjata Api Nasional (NRA), Dana Loesch, yang menyebut aktivis Hollywood "palsu".
Sarah merespons dengan menegaskan kepada NRA bahwa "waktu kalian segera habis". Pada "March for Our Lives" pun Sarah menggarisbawahi masalah ini bukan partisan. "Aku berkata satu nyawa lebh berharga daripada seluruh senjata api di Amerika. Ini bukan isu merah lawan biru—ini adalah isu moral."
4. Naomi Wadler
Meski usianya baru 11 tahun, tapi Naomi sanggup memberikan sebuah pidato luar biasa. Gadis kecil asal Virginia tersebut sebelumnya ikut memimpin walkout di sekolahnya untuk memprotes masalah yang sama. Ia pun fokus mengkritik bagaimana korban kulit hitam tidak mendapat perhatian.
"Aku mewakili perempuan Afrika-Amerika yang menjadi korban kekerasan senjata, yang menjadi statistik dan bukannya perempuan-perempuan cantik, penuh semangat serta potensi. Sudah lama perempuan-perempuan berkulit hitam ini hanya menjadi angka. Aku di sini untuk berkata sudah cukup untuk perempuan-perempuan itu."
5. Jaclyn Corin
Jaclyn juga berasal dari Marjory Stoneman Douglas. Ia merupakan salah satu aktivis muda yang muncul di sampul majalah TIME dan mencuri perhatian karena memutuskan untuk tak beralas kaki. Tak ada alasan khusus, kata Jaclyn, yang ikut berpidato pada Sabtu kemarin.
Jaclyn ingin agar anak-anak muda tak berhenti mengkritik perwakilan mereka di parlemen. "Ada kekuatan dalam angka dan kita perlu masing-masing dari kalian untuk berteriak di hadapan anggota kongres. Jangan takut hanya karena mereka punya gelar 'senator' di depan nama mereka."
6. Yolanda Renee King
Yolanda merupakan cucu dari aktivis hak sipil Amerika Serikat Martin Luther King Jr. dan istrinya yang bernama Coretta Scott King. Gadis cilik berusia sembilan tahun itu secara mengejutkan ikut berbicara di "March for Our Lives". Ia berdiri di panggung ditemani oleh Jaclyn.
"Kakekku punya sebuah mimpi agar empat cucu kecilnya tak dihakimi berdasarkan warna kulit, tapi dari karakter. Aku punya sebuah mimpi bahwa cukup ya cukup--bahwa dunia ini harus menjadi tempat bebas senjata. Titik. Sebarkan ini. Sudahkah kalian dengar? Kita akan jadi suatu generasi yang luar biasa."