Emmanuel Macron (youtube.com/Emmanuel Macron)
Perjuangan Emmanuel Macron untuk memenangkan masa jabatan kedua sebagai Presiden Prancis bukan tanpa perjuangan yang mudah. Marine Le Pen, lawan politik terkuatnya sejak 2017, telah semakin mendapatkan banyak dukungan.
Dalam pilpres Prancis 2022 yang dilakukan dalam dua putaran itu, terjadi penyusutan jumlah pemilih yang datang ke lokasi tempat pemungutan suara. Bahkan penyusutan itu mencapai angka 28 persen sehingga bisa dibilang ada gelombang apolitis di kalangan pemilih Prancis.
Dengan jumlah pemilih yang berkurang, Emmanuel Macron, menurut The Guardian, juga hanya mendapatkan dukungan 58,2 persen. Jumlah itu mengalami penurunan yang jauh dibanding dengan kemenangannya pada tahun 2017 yang meraih 66,10 persen suara.
Sedangkan Le Pen yang jadi lawan Macron, pada pilpres tahun 2017 meraih 33,90 persen suara. Ketika tahun ini dia kembali lagi menantang Macron, Le Pen meraih 41,8 persen dukungan. Itu berarti Le Pen dari kelompok sayap kanan tersebut mendapatkan kenaikan dukungan.
Meski saat ini hasil tersebut masih sementara, tapi proyeksi awal telah menunjukkan angka hasil resmi tidak akan jauh dari itu. Dan Le Pen patut disambut karena telah memberikan skor terbesar yang pernah diraih kelompok sayap kanan dalam pilpres Prancis. Bahkan dalam kekalahannya itu, Le Pen menyebutnya "kemenangan yang bersinar. Gagasan yang kami wakili sedang mencapai puncak."