seorang pria Koryo Saram di Vladivostok pada awal abad 20 (instagram.com/thekoryosaram)
Koryo Saram dikenal sebagai pekerja keras dan memiliki keterampilan manajerial serta organisasi yang baik. Tak perlu waktu lama, mereka pun terlibat aktif dalam kehidupan bermasyarakat, membangun kolkhoz atau pertanian kolektif, dan tak sedikit yang menempuh pendidikan tinggi dan akhirnya menempati posisi-posisi strategis.
Ini didorong pula oleh kebijakan Uni Soviet yang menekankan kesetaraan hak untuk kelompok minoritas. Melansir Stern dalam tulisannya yang berjudul Soviet Policy on National Minorities, kelompok minoritas memanfaatkan momentum tersebut untuk memperkuat identitas dan mengakses hak mereka.
Sayangnya, ini tak bertahan lama. Naiknya Stalin sebagai pemimpin Uni Soviet melahirkan beberapa kebijakan baru yang mengubah nasib kelompok minoritas. Diulas Gelb dalam tulisannya An Early Soviet Ethnic Deportation: The Far-Eastern Koreans, Stalin melakukan deportasi pada penduduk Korea di berbagai oblast karena mencurigai mereka sebagai spionase Jepang atau melakukan aktivitas anti-komunis di teritori Uni Soviet. Arus deportasi terjadi pada periode 1920-1930.
Mereka sebenarnya dideportasi ke Jepang. Namun, Jepang menolak Koryo Saram karena menganggap mereka sebagai orang non-Asia. Koryo Saram akhirnya menemukan rumah baru di negara-negara Asia Tengah seperti Kazakshtan, Uzbekistan, dan Tajikistan. Sebagian kecil menetap di Ukraina, Kyrgyztan, Turkmenistan, dan Belarus.