Kemeriahan Parade Militer Korea Utara di Kim Il Sung Square. (Perhimpunan Persahabatan dan Pertukaran Kebudayaan Indonesia-RRD Korea/DR. Teguh Santosa)
Ya saya berada dalam satu kegiatan dengan dia beberapa kali ya, tapi yang saya betul-betul berpapasan dengan dia dalam jarak dekat yang mungkin sekitar 1 meter, dan itu hanya saya, seorang teman dan dia (Kim Jong Un) beserta pengawalnya yang tidak terlalu banyak, terjadi di tahun 2013. Saat itu peresmian Museum Perang Korea.
Jadi saya diajak oleh LO saya, dia tanya kamu mau gak ketemu dengan pemimpin (Kim Jong Un). Mau lah, saya bilang. Jadi saya diajak dia ke dalam, sementara tamu-tamu asing yang lain menunggu di luar kan. Dia bawa saya belok-belok sana-sini, akhirnya sampai ke lantai 2. Dia ngomong dengan pengawal gitu ya, dia bilang udah kita disini aja nanti pemimpin lewat sana. Dan betul, tidak lama Kim Jong Un muncul dari arah yang disebutkannya itu. Dan kemudian saya tepuk tangan untuk menarik perhatian dia, lalu dia datang ke arah saya gitu tapi tidak lama, karena dia harus melibat perjalanan. Tapi paling tidak dia itu mengubah rutenya gitu, mengubah arahnya mendatangi saya, tersenyum, say hi.
Nah kalau saya lihat di sini orangnya cukup ramah. Orangnya gesture suaranya itu tidak menggelegar seperti yang digambarkan orang-orang. Cukup datar, cukup banyak senyum. Tapi kalau misalnya kita lihat di media Korea Utara tak banyak adegan dia yang memang secara natural bertemu dengan masyarakatnya ya. Dengan petani, guru, perempuan dan anak-anak, dengan tentara.
Ya dia dielukan, itu kami lihat gitu dia dielukan. Cuma kita bilang wah ini dielukan gitu, nanti kena hukuman. Tapi ternyata tidak, karena itu bagian dari budaya orang Korea, dalam hal di Korea Utara, untuk menghormati pemimpinnya. Dan cara mereka menghormati pemimpinnya, ya seperti itu gitu. Nah itu kan mesti tahu.
Kemudian yang menarik lagi, sejak tahun lalu Pemerintah Kim Jong Un ini mencanangkan pembangunan kawasan, regional development 20x10. Jadi selama 10 tahun, setiap tahunnya mereka akan membangun 20 kota. Setelah 10 tahun, mereka akan punya 200 kota baru, dan itu sudah dikerjakan.
Jadi misalnya dalam perjalanan dari bandara ke pusat kota Pyongyang kita sudah menemukan paling tidak dua kota mandiri. Salah satu hal yang saya bicarakan dengan partner saya adalah mendorong supaya hubungan antar Indonesia dan Korea Utara ini juga lebih signifikan, lebih konkret.
Kalau misalnya Korea Utara ingin membangun 200 kota dalam 10 tahun, itu kan bagi komunitas bisnis kita peluang. Kita dipanggil bagian dalam pembangunan infrastruktur, misalnya rumah sakit, gedung sekolah. Nah itu kan peluang 200 kota kalau kita bisa terlibat dalam hal itu. Kemarin waktu saya berkunjung ke Korea Utara kan juga Menteri Luar Negeri Sugiono juga hadir, datang juga dan nonton paradenya. Ada pertemuan bilateral dengan Korea Utara, saya kira, walau MOU-nya tidak terlalu detail tapi semangatnya adalah untuk membuat hubungan dua negara ini mutual understanding, juga mutual benefit.
Kita sudah bagus secara politik, kita bagus dengan mereka karena hubungan Bung Karno dan Kim Il Sung itu kan sangat erat ya, sampai sekarang orang Korea Utara itu pasti akan selalu ingat kita. Karena presidennya pernah pernah ke sini (Indonesia), Presiden Kim Il Sung dan Presiden Kim Jong Il Pernah ke sini. Kemudian juga ada Bunga Kim Il Sung dari Indonesia, ceritanya tidak akan mungkin habis itu.
Jadi mereka sangat menghormati kita. Nah sekarang bagaimana kita bisa bermitra dengan Korea Utara, kita kan juga sedang butuh mitra-mitra baru, apalagi Presiden kita ini kan juga punya program yang Saya pikir tidak kalah. Ya katakanlah besar, mau membangun Kementerian Pangan, Kementerian Energi dan seluruhnya itu juga membutuhkan mitra-mitra yang mau bekerjasama tanpa mendominasi. Karena saya pikir Indonesia dan Korea Utara ini dalam pikiran sekarang sedang membangun kemitraan tidak menciptakan ketergantungan. Saya berharap teman-teman di Kementerian Luar Negeri bisa mencari jalan yang lebih baik.