Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi ketika berkomunikasi dengan Menlu UEA (www.twitter.com/@Menlu_RI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi, mendesak diversifikasi vaksin COVID-19 ke negara berkembang sebagai strategi untuk mempercepat inokulasi global.

“Kita harus mendorong solidaritas dan kerja sama internasional untuk mempercepat vaksinasi global, salah satunya melalui peningkatan kapasitas produksi vaksin melalui diversifikasi produk vaksin,” kata Retno, dalam sambutannya pada konferensi bertajuk The First Meeting of the International Forum on Covid-19 Vaccine Cooperation, Kamis (5/8/2021).  

1. Fasilitas penunjang vaksin COVID-19 di negara berkembang juga harus dibantu

Menlu RI Retno Marsudi dalam konferensi pers internasional tentang pentingnya pemerataan vaksin COVID-19 (kemlu.go.id)

Pada konferensi itu, turut hadir Sekjen Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Dirjen WHO, Menteri Luar Negeri dan pejabat tinggi lebih dari 23 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika serta perwakilan Organisasi Internasional lainnya.  

Lebih lanjut, Retno juga menekankan pentingnya kerja sama internasional untuk membantu negara berkembang dalam hal penguatan infrastruktur esensial, pusat penelitian, jalur produksi, fasilitas cold storage, dan sumber daya manusia.

2. Retno dorong pembebasan HKI vaksin corona

Aktivitas pembuatan vaksin COVID-19 oleh Pfizer, perusahaan farmasi asal Amerika Serikat. (facebook.com/Pfizer)

Menurut Retno, kolaborasi internasional harus dapat memfasilitasi akses ke bahan baku, pembebasan Hak Kekayaan Intelektual (HKI), transfer teknologi termasuk vaksin mRNA, serta skema pembiayaan yang sehat. 

Mewakili Co-Chair COVAX AMC-EG, Retno menyampaikan pentingnya dukungan semua negara kepada mekanisme COVAX, sebagai satu-satunya platform global yang menjamin kesetaraan akses bagi semua.

Selain itu, COVAX juga perlu segera mengeksplorasi alokasi vaksin untuk 20 persen populasi, khususnya untuk negara berpenghasilan rendah.

3. Vaksin harus menjadi global public good

ilustrasi vaksin dan jarum suntik (IDN Times/Arief Rahmat)

Partisipasi Retno dalam konferensi merupakan upaya diplomasi Indonesia, yang terus berkomitmen mendorong semua negara untuk mempererat solidaritas dan kolaborasi dalam menanggulangi pandemik.

Dalam berbagai kesempatan, alumni Universitas Gadjah Mada (UGM) itu sering mengingatkan urgensi vaksin sebagai global public good dan kesetaraan akses serta distribusi vaksin bagi semua negara.  

Konferensi menghasilkan outcome document berupa Joint Statement of the International Forum on Covid-19 Vaccine Cooperation. Negara-negara yang berpartisipasi pada konferensi ini adalah Argentina, Brazil, Chile, China, Kolombia, Republik Dominika, Ekuador, Mesir, Hungaria, Indonesia, Kenya, Malaysia, Meksiko, Maroko, Pakistan, Filipina, Federasi Russia, Serbia, Afrika Selatan, Sri Lanka, Thailand, Turki, UEA, dan Uzbekistan.

Selain itu, turut hadir mewakili perusahaan vaksin dan lembaga riset vaksin, seperti Sinopharm, Sinovac, Bio Farma dan Gamelaya Center Rusia. Kehadiran mereka diharapkan bisa memperkuat sinergi antara Pemerintah, lembaga riset dan perusahaan vaksin untuk penanganan pandemi Covid-19.

Editorial Team