Gerakan Mujahidin Palestina, yang memisahkan diri dari Fatah pimpinan Abbas pada 2000-an lalu, mengeluarkan pernyataan di Telegram pada Rabu (23/4/2025), yang mengecam pernyataan Abbas.
"Kami mengutuk keras pernyataan ofensif yang dibuat oleh Presiden Abbas selama pertemuan Dewan Pusat mengenai perlawanan dan pejuang perlawanan rakyat kami. Mengabaikan pengorbanan dan perjuangan rakyat kami. Lalu, mengabaikan penderitaan dan pengorbanan yang terus-menerus dari para tahanan," bunyi pernyataan tersebut.
Mereka mengutuk kepemimpinan PA yang dianggap mengkriminalisasi perlawanan. Gerakan tersebut juga meminta Abbas untuk menyampaikan permintaan maaf atas pernyataannya.
"Kami meminta Presiden Otoritas Palestina untuk meminta maaf atas pidato yang menyinggung ini dan membatalkan semua langkah yang memperkuat perpecahan dan sejalan dengan keinginan Zionis. Kami meminta dia untuk kembali merangkul rakyat dan pilihan mereka serta berhenti mengejar jalan menyerah dan kompromi yang tidak masuk akal," begitu pernyataan lanjutannya.
Sejak operasi Israel di Gaza dilanjutkan pada 18 Maret 2025, sedikitnya 1.928 orang tewas di Gaza. Sehingga, jumlah total korban tewas sejak perang meletus menjadi 51.305, menurut Kementerian Kesehatan daerah kantong tersebut.
Pembicaraan mengenai gencatan senjata baru sejauh ini tidak membuahkan hasil, dan delegasi Hamas berada di Kairo untuk melanjutkan negosiasi dengan mediator Mesir dan Qatar.