Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas. (Kremlin.ru, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)
Presiden Otoritas Palestina, Mahmoud Abbas. (Kremlin.ru, CC BY 4.0 , via Wikimedia Commons)

Jakarta, IDN Times - Hamas mengecam pernyataan yang disampaikan Presiden Otoritas Palestina (PA), Mahmoud Abbas. Mereka menilai pernyataan Abbas adalah bentuk penghinaan.

"Abbas berulang kali dan secara mencurigakan menyalahkan kejahatan pendudukan dan agresi yang sedang berlangsung pada rakyat kami," kata pejabat senior Hamas, Basem Naim, dikutip dari Al Jazeera, Jumat (25/4/2025).

1. Minta Hamas bebaskan tawanan di Gaza

Pasukan Hamas dalam Peringatan 25 tahun Hamas yang dirayakan di Gaza pada Desember 2012. (commons.wikimedia.org/Hadi Mohammad)

Abbas mendesak Hamas untuk membebaskan semua tawanan. Menurut Abbas, menahan sandera malah memberi Israel alasan untuk menyerang Gaza.

"Hamas telah memberikan pendudukan kriminal alasan untuk melakukan kejahatannya di Jalur Gaza, yang paling menonjol adalah menahan sandera," kata Abbas pada sebuah pertemuan di Ramallah, kantor pusat PA di Tepi Barat yang diduduki Israel.

Aksi Hamas, menurutnya, memaksa rakyat Palestina membayarnya. Sementara, Israel tak menanggung dampak apa-apa.

"Setiap hari ada kematian. Hai anak-anak anjing, serahkan apa yang kalian miliki dan keluarkan kami dari cobaan ini," ujarnya, sambil melontarkan hinaan kasar dalam bahasa Arab kepada Hamas.

2. Terjadi perpecahan di dalam negeri Palestina

seorang pria membawa bendera Palestina (pixabay.com/hosnysalah)

Telah terjadi perpecahan politik dan ideologis yang mendalam antara Fatah pimpinan Abbas dan Hamas selama hampir 20 tahun.

Abbas dan PA sering menuduh Hamas merusak persatuan Palestina. Sebaliknya, Hamas mengkritik Abbas karena bekerja sama dengan Israel dan menindak tegas perbedaan pendapat di Tepi Barat.

3. Abbas diminta segera minta maaf

Gerakan Mujahidin Palestina, yang memisahkan diri dari Fatah pimpinan Abbas pada 2000-an lalu, mengeluarkan pernyataan di Telegram pada Rabu (23/4/2025), yang mengecam pernyataan Abbas.

"Kami mengutuk keras pernyataan ofensif yang dibuat oleh Presiden Abbas selama pertemuan Dewan Pusat mengenai perlawanan dan pejuang perlawanan rakyat kami. Mengabaikan pengorbanan dan perjuangan rakyat kami. Lalu, mengabaikan penderitaan dan pengorbanan yang terus-menerus dari para tahanan," bunyi pernyataan tersebut.

Mereka mengutuk kepemimpinan PA yang dianggap mengkriminalisasi perlawanan. Gerakan tersebut juga meminta Abbas untuk menyampaikan permintaan maaf atas pernyataannya.

"Kami meminta Presiden Otoritas Palestina untuk meminta maaf atas pidato yang menyinggung ini dan membatalkan semua langkah yang memperkuat perpecahan dan sejalan dengan keinginan Zionis. Kami meminta dia untuk kembali merangkul rakyat dan pilihan mereka serta berhenti mengejar jalan menyerah dan kompromi yang tidak masuk akal," begitu pernyataan lanjutannya.

Sejak operasi Israel di Gaza dilanjutkan pada 18 Maret 2025, sedikitnya 1.928 orang tewas di Gaza. Sehingga, jumlah total korban tewas sejak perang meletus menjadi 51.305, menurut Kementerian Kesehatan daerah kantong tersebut.

Pembicaraan mengenai gencatan senjata baru sejauh ini tidak membuahkan hasil, dan delegasi Hamas berada di Kairo untuk melanjutkan negosiasi dengan mediator Mesir dan Qatar.

Editorial Team