Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
kapal flotilla
kapal Flotilla (x.com/@GazaFFlotilla)

Intinya sih...

  • Militer Israel cegat kapal armada Global Sumud Flotilla yang membawa bantuan ke Gaza.

  • Para aktivis, termasuk Greta Thunberg, ditahan dan kemungkinan akan dideportasi.

  • Pemerintah luar negeri mengutuk tindakan Israel dan menyatakan protes di berbagai kota dunia.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Sejumlah kapal armada Global Sumud Flotilla (GSF) yang membawa bantuan kemanusiaan ke Gaza dicegat oleh militer Israel pada Rabu (1/10/2025) malam. Para aktivis di dalamnya, termasuk Greta Thunberg, ikut ditahan.

Dilansir dari Al Jazeera, pihak GSF melaporkan bahwa sejauh ini, angkatan laut Israel telah mencegat enam kapal, yaitu Deir Yassin/Mali, Huga, Spectre, Adara, Alma dan Sirius. Insiden ini terjadi ketika armada bantuan yang terdiri dari 44 kapal dan membawa sekitar 500 aktivis itu berada sekitar 131 kilometer dari pantai Gaza.

"Beberapa kapal menjadi sasaran tindakan agresi aktif. Kapal Florida sengaja ditabrak di laut. Yulara, Meteque, dan kapal lainnya disemprot dengan meriam air,” kata kelompok tersebut melalui aplikasi Telegram. Pihaknya menambahkan bahwa semua penumpang tidak terluka.

Global Sumud Flotilla mengecam tindakan Israel tersebut, menyebut kapal-kapal flotilla mereka dicegat secara ilegal. Mereka juga mendesak para pendukungnya untuk menekan pemerintah agar mengambil tindakan.

1. Militer Israel sebelumnya juga nonaktifkan perangkat komunikasi kapal

Dalam pernyataan di platform X, Kementerian Luar Negeri Israel menyampaikan bahwa beberapa kapal GSF telah dihentikan dengan aman, dan para penumpangnya sedang dibawa ke pelabuhan Israel. Pihaknya menyebutkan bahwa Thunberg dan kawan-kawan dalam kondisi aman dan sehat.

Sebelum pencegatan terjadi, para aktivis melaporkan bahwa militer Israel telah menonaktifkan perangkat komunikasi sehingga mereka tidak dapat mengirimkan pesan atau informasi kepada dunia luar. Sejumlah kapal tanpa lampu dan drone juga membuntuti konvoi tersebut, menambah ketegangan di atas kapal.

Leila Hegazy, seorang warga Amerika Serikat (AS) yang ikut serta dalam misi tersebut, mengunggah sebuah video di media sosial. Ia mengatakan bahwa beredarnya rekaman itu menandakan ia telah diculik oleh militer Israel.

“Saya meminta kalian semua untuk menekan pemerintah AS agar menghentikan keterlibatannya dalam genosida terhadap rakyat Palestina di Gaza, serta memastikan setiap relawan kemanusiaan dalam misi ini dapat kembali dengan selamat,” ujarnya.

2. Para aktivis kemungkinan akan dideportasi

Hassan Jabareen, direktur pusat hukum Adala, yang sebelumnya pernah mewakili aktivis armada Global Sumud Flotilla, mengatakan bahwa pihaknya saat ini tidak mengetahui langkah apa yang akan diambil Israel. Menurut hukum, para aktivis dapat dideportasi dalam waktu 72 jam, atau dibawa ke pengadilan dalam waktu 96 jam. Beberapa dari mereka juga berisiko ditahan, meski Israel biasanya memilih untuk segera melepaskan mereka.

“Jika mereka ditangkap dan ditahan, hal itu bisa menjadi situasi yang merugikan, karena liputan media akan terus berlanjut selama mereka berada dalam tahanan,” jelas Jabareen.

Sementara itu, Duta Besar Israel untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Danny Danon, mengatakan bahwa para aktivis akan dideportasi setelah hari raya Yahudi Yom Kippur berakhir pada Kamis (2/10/2025).

3. Pemerintah luar negeri kecam tindakan Israel terhadap armada Global Sumud Flotilla

Pencegatan kapal flotilla menuai kecaman dari berbagai pihak. Kementerian Luar Negeri Turki menyebut tindakan Israel tersebut sebagai tindakan terorisme dan pelanggaran berat terhadap hukum internasional. Pihaknya mengatakan tengah mengambil langkah-langkah untuk memastikan pembebasan segera warga negaranya dan penumpang lain yang ditahan oleh pasukan Israel.

Sementara itu, Presiden Kolombia, Gustavo Petro, memerintahkan pengusiran seluruh delegasi diplomatik Israel dari negaranya. Ia juga mengindikasikan bahwa Kementerian Luar Negeri akan mengajukan tuntutan hukum, termasuk di pengadilan Israel, dan mendesak pengacara internasional untuk mendukung tim hukum Kolombia, dilansir dari Anadolu.

Protes juga meletus di beberapa kota di dunia, termasuk Athena, Roma, Berlin, Brussels, Tunis dan Ankara. Serikat pekerja terbesar di Italia bahkan menyerukan aksi mogok umum pada Jumat (3/10/2025) sebagai bentuk protes atas tindakan Israel terhadap armada GSF.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team