5 Fakta Kapal Flotilla, Coba Masuk Gaza yang Diblokade Israel

- Flotilla menantang blokade laut Israel ke Gaza dengan membawa bantuan kemanusiaan dan pesan solidaritas.
- Lebih dari 50 kapal dengan 1.000 peserta dari 44 negara ikut serta, termasuk tokoh terkenal seperti Greta Thunberg.
- Konvoi pertama bertolak dari Spanyol, menghadapi risiko serangan drone dan mendapat dukungan serta kritik dari berbagai negara.
Jakarta, IDN Times - Global Sumud Flotilla kembali viral karena misinya yang nekat menembus blokade Israel menuju Gaza. Armada sipil ini berangkat membawa bantuan kemanusiaan sekaligus pesan solidaritas yang menggema ke seluruh dunia. Kalau kamu baru dengar soal flotilla, ada banyak fakta menarik di balik perjalanan ini.
Misi ini bukan perjalanan biasa karena menyentuh sisi kemanusiaan, politik, hingga keamanan. Tak heran jika setiap pergerakannya langsung jadi sorotan internasional. Nah, biar lebih jelas, berikut lima hal penting tentang flotilla yang wajib kamu tahu!
1. Tujuan dari kapal Flotilla

Dilansir dari Al Jazeera, Flotilla ini didedikasikan untuk menantang blokade laut Israel yang dianggap ilegal dan mengirimkan pasokan vital ke Gaza. Bantuan berupa makanan, air bersih, dan obat-obatan dibawa dengan tujuan menolong penduduk yang terjebak kelaparan akibat perang yang berkepanjangan. Tindakan ini juga membawa pesan kuat agar pengepungan segera dihentikan.
Selain aspek bantuan, flotilla mengusung nilai simbolis untuk menarik perhatian dunia pada krisis kemanusiaan. Para penyelenggara menekankan bahwa armada ini berjalan sesuai hukum maritim internasional dan berada di bawah perlindungan organisasi global. Mereka ingin menyoroti ketidakadilan dari blokade yang dipandang sebagai bentuk hukuman kolektif.
Lebih jauh, aksi ini dipilih sebagai bentuk perlawanan non-kekerasan yang menyuarakan martabat manusia. Walau jumlah bantuan tergolong simbolis, nilai terbesarnya ada pada pesan kesadaran global. Flotilla pun menjadi jalur alternatif ketika akses darat dan udara tertutup rapat.
2. Siapa saja yang berada di kapal Flotilla?

Lebih dari 50 kapal dengan sekitar 1.000 peserta dari 44 negara ikut serta dalam misi ini. Mereka berasal dari berbagai profesi, mulai dari dokter, pelaut, pengacara, hingga veteran militer, semuanya tanpa afiliasi politik maupun pemerintah. Skala ini menjadikan flotilla sebagai misi maritim terbesar yang pernah menantang blokade Gaza.
Empat koalisi utama menjadi penggerak, termasuk Freedom Flotilla Coalition (FFC) yang sudah berpengalaman lebih dari 15 tahun. Selain itu, ada juga Maghreb Sumud Flotilla, Sumud Nusantara, dan Global Movement to Gaza (GMTG) yang membentuk armada besar. Tak hanya peserta di kapal, puluhan ribu orang lain telah mendaftar untuk ikut serta dalam gelombang berikutnya.
Nama-nama besar juga ikut bergabung, seperti Greta Thunberg, Ada Colau, dan Liam Cunningham. Ada pula anggota parlemen dari Italia dan Parlemen Eropa, bersama aktivis Palestina Saif Abukeshek. Keberagaman ini memperlihatkan kuatnya solidaritas global yang melintasi batas profesi maupun budaya.
3. Perjalanan dan jadwal kapal Flotilla

Konvoi pertama bertolak dari pelabuhan Spanyol pada akhir Agustus, lalu bertemu gelombang kedua di Tunisia awal September. Rute mereka membentang sepanjang 3 ribu km menuju Gaza, dengan posisi terakhir tercatat di selatan Pulau Kreta. Armada besar mendukung kapal-kapal kecil dengan suplai selama perjalanan.
Penyelenggara memperkirakan perjalanan memakan waktu sekitar satu minggu hingga delapan hari untuk mencapai Gaza. Namun, rincian pelabuhan dan kapal yang digunakan sengaja dirahasiakan demi keamanan. Rombongan ini juga bergabung dengan kapal lain dari berbagai negara selama menyeberangi Mediterania timur.
Dilansir dari PBS, meski sudah direncanakan, armada tetap menghadapi risiko tinggi di laut. Israel mengendalikan ketat perairan sekitar Gaza sehingga setiap pergerakan bisa dipandang sebagai ancaman.
4. Apa saja tantangan kapal Flotilla?

Sepanjang perjalanan, flotilla beberapa kali jadi target serangan drone. Insiden paling serius terjadi di Tunisia dan perairan Yunani, di mana drone menjatuhkan benda tak dikenal dan menimbulkan 13 ledakan di sekitar kapal. Sejumlah kapal mengalami kerusakan dan gangguan komunikasi, meski tidak ada korban jiwa.
Situasi ini mengingatkan pada serangan sebelumnya terhadap kapal Conscience di luar Malta yang menimbulkan kebakaran. Israel menuduh flotilla punya kaitan dengan Hamas, tuduhan yang sudah dibantah penyelenggara. Israel juga menegaskan bahwa mereka tidak akan membiarkan pelanggaran blokade.
Sebagai tanggapan, Spanyol dan Italia mengirim kapal angkatan laut untuk memberi bantuan jika dibutuhkan. Uni Eropa menekankan pentingnya kebebasan navigasi sesuai hukum internasional. Sementara itu, Kantor HAM PBB menyerukan investigasi atas serangan terhadap armada sipil di laut lepas
5. Membawa pesan terkait Palestina

Misi flotilla membawa efek simbolis yang besar dengan menarik sorotan global ke Gaza. Data menunjukkan lebih dari 63 ribu warga Palestina tewas sejak perang dimulai, dan meski bantuan hanya sekitar 300 ton, arti solidaritasnya jauh lebih dalam.
Nathan Brown dari George Washington University menyatakan bahwa flotilla menyampaikan pesan kepada Palestina bahwa mereka tidak dilupakan, meskipun dampaknya mungkin tidak sebesar efek publisitas. Secara politik, flotilla juga dinilai menambah tekanan terhadap Israel melalui kritik yang datang dari beberapa negara Eropa.
Dilansir dari DW, Amjad Iraqi dari International Crisis Group menuturkan bahwa para aktivis ingin mengirim pesan mengenai darurat kemanusiaan sekaligus menolak keputusan politik Israel yang memungkinkan terjadinya pengepungan dan kelaparan.
Kritik semacam ini muncul bahkan jika armada gagal mencapai Gaza.
Flotilla juga memperluas jurang antara pendukung dan penentang kebijakan Israel. Israel menolak tuduhan kejahatan perang dengan menyatakan bantuan sudah cukup masuk Gaza, tetapi dicuri Hamas. Di sisi lain, Amerika Serikat bersama Presiden Donald Trump tetap mendukung posisi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Apa pun pandangan yang berkembang, flotilla telah mengukir peran simbolis dalam percaturan politik global.