Militer Israel Perintahkan Evakuasi Usai Bombardir Gaza

Jakarta, IDN Times - Militer Israel memerintahkan warga Palestina untuk mengungsi dari beberapa daerah di Jalur Gaza pada Selasa (18/3/2025). Perintah ini dikeluarkan tak lama setelah mereka melancarkan serangkaian serangan udara di wilayah tersebut, yang menewaskan lebih dari 400 orang.
Juru bicara militer, Avichay Adraee, mengatakan bahwa warga Palestina harus meninggalkan kota Beit Hanoun di Gaza utara serta Khuza'a dan Abasan di selatan. Ia menyebut daerah-daerah tersebut sebagai zona pertempuran berbahaya.
“IDF (Pasukan Pertahanan Israel) telah melancarkan serangan besar-besaran terhadap organisasi teroris. Daerah-daerah yang ditentukan ini dianggap sebagai zona pertempuran berbahaya!” kata Adraee dalam sebuah pernyataan di X.
Ia memerintahkan warga sipil di wilayah yang menjadi target serangan untuk mengungsi ke bagian barat Kota Gaza atau Khan Younis.
1. Sedikitnya 404 orang tewas akibat serangan terbaru Israel
Dilansir dari BBC, Israel melancarkan serangan udara di Kota Gaza, Rafah, dan Khan Younis pada Selasa dini hari, ketika sebagian besar warga Gaza sedang sahur. Ini adalah gelombang serangan udara terbesar di Gaza sejak gencatan senjata Israel-Hamas dimulai pada 19 Januari 2025.
Otoritas kesehatan Palestina melaporkan bahwa sedikitnya 404 orang tewas dan lebih dari 600 lainnya terluka dalam serangan tersebut. Jumlah korban jiwa diperkirakan akan bertambah karena masih banyak korban yang tertimbun di bawah reruntuhan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengaku memerintahkan serangan tersebut karena kurangnya kemajuan dalam perundingan untuk memperpanjang gencatan senjata.
Dilansir dari The Guardian, serangan udara maupun tembakan artileri dilaporkan masih terus berlangsung pada siang hari waktu setempat. Seorang pejabat kemanusiaan di wilayah tersebut menyatakan bahwa ratusan, atau mungkin ribuan warga Palestina, telah mematuhi perintah evakuasi Israel.
"Tidak ada ketahanan. Warga nyaris belum pulih dari begitu banyak kekerasan. Mereka berada dalam kondisi yang sangat lemah, baik secara fisik maupun psikologis," ujar pejabat tersebut.