Potret kehancuran yang ditimbulkan oleh serangan udara Israel di Jalur Gaza. (x.com/UNICEFpalestine)
Perjanjian gencatan senjata telah diberlakukan di Gaza sejak 19 Januari, menghentikan perang yang telah menewaskan hampir 48.300 warga Palestina, yang sebagian besar dari mereka adalah perempuan dan anak-anak, serta membuat daerah kantong tersebut hancur berantakan.
Sejak gencatan senjata tahap pertama, 19 tawanan Israel dan 5 pekerja Thailand telah dibebaskan sebagai imbalan atas 1.135 tahanan Palestina.
Utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, mengatakan fase kedua kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas sedikit lebih rumit daripada fase pertama, namun fase kedua akan dimulai. Ia mengungkapkan bahwa Presiden AS Donald Trump ingin melihat fase kedua dapat menghasilkan pembebasan sandera dan penyelamatan nyawa, sehingga hal itu dapat mengarah pada perdamaian.
Witkoff menuturkan bahwa ia berbicara dengan Israel, Qatar, dan Mesir baru-baru ini mengenai penetapan jadwal memulai perundingan tahap kedua. Ia mengatakan semua orang menyambut baik hal itu, dan berharap akan terjadi pekan ini.
Pernyataan tersebut muncul di tengah meningkatnya kecemasan di Gaza atas keberlanjutan gencatan senjata. Alasannya, pelanggaran Israel yang terus berlanjut, termasuk serangan mematikan dan penghalangan bantuan. Juga, seruan dari politisi sayap kanan Israel untuk membatalkan gencatan senjata.