ilustrasi (youtube.com/WarLeaks)
Kerja sama pengembangan teknologi nuklir antara Myanmar dan Rusia, telah terjadi sejak sebelum kudeta Februari 2021. Rezim militer sebelumnya di Myanmar, telah memberi izin pembangunan reaktor Rusia di Myanmar pada 2007 untuk penelitian. Pada 2016, Rusia mengonfirmasi ratusan perwira militer Myanmar menjalani pelatihan teknologi nuklir.
Dalam penandatanganan kerja sama terbaru, Rusia akan mendidik lebih banyak personel Myanmar, merencanakan langkah menuju penerapan kerangka peraturan penggunaan energi nuklir dan otoritasi proyek pembangkit listrik tenaga nuklir kecil (SNPP).
Pada Juni 2022, ada laporan tentang dugaan bahwa Myanmar telah mengembangkan senjata nuklir rahasia. Dilansir Arms Control, mantan perwira Myanmar, Sai Thein Win, mengaku pernah jadi wakil manajer pabrik peralatan mesin khusus sebagai upaya Yangon mengembangan nuklir rahasia dan program rudal balistik.
Mantan inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Robert Kelley menganalisa keterangan Win. Kelley mengatakan, berdasar foto yang disediakan Win, ada mesin dan produk mesin yang dibuat di dua pabrik. Beberapa di antaranya dapat digunakan sebagai program pengayaan uranium.
Laporan sementara ini bersifat dugaan. Namun jika laporan itu benar, maka Myanmar berada dalam tahap sangat awal dan penyelesaian program itu masih tidak pasti. Myanmar sendiri adalah anggota Zona Bebas Senjata Nuklir Asia Tenggara, yang mengikat 10 negara di kawasan untuk tidak mengembangkan senjata nuklir atau mengizinkan senjata semacam itu di kawasan tersebut.