Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, pada Rabu (15/5/2024) mengatakan bahwa Tel Aviv perlu mencari pemerintahan alternatif di Gaza yang bisa diajak bekerja sama setelah Hamas dikalahkan. Dia juga menegaskan bahwa dirinya tidak mendukung pendudukan militer Israel tanpa batas di wilayah tersebut.
Pada Kamis, Gallant mengumumkan bahwa mereka akan mengirim lebih banyak pasukan darat ke Rafah.
Dalam video yang diunggah di media sosial X, menteri tersebut mengatakan bahwa dia berada di dekat Rafah dan telah bertemu dengan tentara, yang mengklaim bahwa pasukannya sedang melemahkan Hamas.
“Mereka tidak punya cadangan, tidak punya kemampuan untuk memproduksi senjata, tidak punya persediaan, tidak punya persenjataan,” katanya, seraya menambahkan tentara telah menghancurkan sejumlah terowongan yang dioperasikan oleh kelompok Hamas.
“Operasi (Rafah) akan dilanjutkan dengan tambahan pasukan darat," tambah dia.
Netanyahu memerintahkan serangan ke Rafah bulan ini, mengabaikan peringatan dari Amerika Serikat (AS) dan PBB bahwa serangan militer tersebut akan menyebabkan bencana kemanusiaan. Kota di perbatasan Mesir ini merupakan tempat berlindung bagi sekitar 1,4 juta warga Palestina yang melarikan diri dari berbagai wilayah di Gaza.
Israel mengklaim Hamas memiliki empat batalyon yang masih beroperasi di Rafah. Beberapa sandera yang ditahan oleh Hamas pada 7 Oktober juga diyakini ditahan di kota tersebut.