Kenneth Rowe (No-Kum Sok), di usia awal 80 tahunan, Florida, AS (Dok. Kenneth Rowe)
Uni Soviet, musuh paling utama bagi angkatan perang AS, mendesain jet tempurnya sesaat setelah Perang Dunia-II. Jet tempur ini memiliki keistimewaan intersep di udara, manuver di angkasa, dipersenjatai dengan meriam dan punya kemampuan terbang selama satu jam.
Pesawat MiG-15 dioperasikan dengan mesin penggerak yang ditiru Uni Soviet dari Rolls-Royce, Inggris, yang memiliki daya dorong lebih tinggi dibandingkan mesin aslinya. Pendek kata, MiG-15 ini melampaui kemampuan semua jet tempur yang dimiliki negara Barat.
Menurut The Story of MiG-15 on Display, dokumentasi Angkatan Udara AS, jauh mengalahkan kemampuan P-51 Mustangs, F-80 Shooting Stars dan F-84 Thunder Jet milik AS. Negeri Paman Sam itu harus menunggu sampai Desember 1950 untuk datangnya F-86 Saber. Bahkan, MiG-15 mendaki di udara lebih cepat, dan mudah melakukan manuver.
No mengaku keputusannya membelot bukan karena iming-iming hadiah uang. Menurut dia, tawaran itu datang April 1953, dan disebarkan lewat selebaran yang dijatuhkan di atas Pangkalan Militer Korut di tepi Sungai Yalu. Padahal, saat itu, semua pesawat dan pilot MiG-15 milik Uni Soviet, Tiobgkok dan Korut ditempatkan di Manchuria. Jadi, kayaknya mereka gak mendapatkan selebaran itu.
Selain itu, klaim No, bahkan jika ada pilot Korut yang mendapatkan selebaran itu, mereka gak tertarik membelot. Bukan karena gak mau dapat duit AS, tapi jaminan kebebasan untuk jadi warga negara dan pekerjaan di AS bakal lebih menarik buat mereka.
Begitupun, pembelotan No yang membawa MiG-15 membuka peluang bagi AU untuk mempelajari jet tempur canggih itu. Peristiwa itu juga mengesahkan dugaan keterlibatan dukungan Uni Soviet dan Tiongkok terhadap Korut di Perang Korea.
No juga memberikan informasi penting bagi pilot tes bagi pesawat tempur AS. “Menerbangkan MiG-15 adalah paling sulit, yang saya alami. Ini pesawat yang telah membunuh banyak pilot,” kata Mayor Chuck Yeager, salah satu pilot legendaris AU AS.
No dianggap sebagai tentara Korut yang pertama kali membelot, sesudah berakhirnya perang Korea. Sejak itu, lebih dari 30 ribu warga Korut membelot ke Korsel. Ini belum termasuk ribuan yang lari ke Rusia dan Tiongkok. Sesudah No, ada empat pilot Korut membawa lari MiG-15 dan MiG-19 ke Korsel.
Tahun 1954, No migrasi ke AS. AU akhirnya memberikan hadiah uang kepada No, dan dia memanfaatkannya untuk membantu kehidupan ibunya. No lantas belajar studi rekayasa mekanis di Universitas Delaware, AS.
No sempat bertemu Wakil Presiden AS Richard Nixon, resmi menjadi warga negara AS dan menikahi warga Korut yang migrasi ke AS juga. Dia mengubah namanya dengan nama Anglikan, Kenneth Rowe
No-Kum Sok atau Kenneth Rowe, kemudian bekerja untuk Grumman, Boeing, kemudian juga Lockheed dan sejumlah perusahaan lain sebelum kian menjadi guru besar rekayasa di Universitas Aeronotikal Embry-Riddle. No pensiun tahun 2000, dan tinggal di Florida, AS hingga kini.