Serangan Udara Militer Myanmar Tewaskan 17 Warga Sipil

3 bom dijatuhkan dari jet tempur di desa Kanan

Jakarta, IDN Times - Serangan udara militer Myanmar di desa Kanan, kota Khampat, wilayah Sagaing yang berbatasan India menewaskan sedikitnya 17 orang dan melukai 20 orang lainnya.

Seorang warga berbicara kepada BBC bahwa lokasi pengeboman terjadi di kawasan perumahan yang merupakan lokasi cabang SMA Kanan dan gereja. Setidaknya jet tempur Mi 17 menjatuhkan 3 bom di wilayah tersebut.

Militer Myanmar menolak bertanggung jawab atas serangan pada Minggu (8/1/2024). Mereka mengklaim bahwa itu berita palsu yang disebarkan oleh media anti-militer, Khit Thit Media.

1. Serangan yang disengaja

Sekitar 10 rumah yang berada di dekat sekolah hancur akibat serangan bom tersebut. Serangan terjadi menjelang upacara wisuda bagi anggota baru pasukan perlawanan di sekolah lain di desa tersebut.

''Ya, ada upacara wisuda. Bukan di Kanan. Di tempat lain. Saya tidak melakukannya sebagai sebuah acara. Sebab, pasukan akan tetap bertugas di bidang terkait setelah menyelesaikan pelatihan. Diduga bom dijatuhkan di tempat yang salah,'' kata salah satu anggota PKAFA Kotapraja Tamu, dikutip BBC.

Manajer program Organisasi Hak Asasi Manusia Chin, Salai Mang Hre Lian, membenarkan jumlah korban. Dia juga mengatakan bahwa serangan itu disengaja oleh militer yang menargetkan warga sipil dan anak-anak di sekolah tersebut.

“Jika komunitas internasional terus membiarkan kejahatan perang dilakukan seperti ini, maka mereka membiarkan diri mereka terlibat dalam pelanggaran hukum kemanusiaan internasional, termasuk Konvensi Jenewa dan Patung Roma,” kata Lian.

Baca Juga: PBB: Myanmar Jadi Produsen Opium Terbesar di Dunia pada 2023

2. Militer Myanmar tingkatkan serangan udara

MRTV, yang merupakan media di bawah kendali militer Myanmar, melaporkan bahwa tidak ada pesawat yang terbang di lokasi kejadian pada Minggu pagi. Militer sering menuduh kekuatan pro-demokrasi di wilayah tersebut melakukan operasi teroris.

Menanggapi pernyataan militer, para analisis telah mengumpulkan bukti adanya pelanggaran hak asasi manusia skala besar yang dilakukan oleh pihak militer. 

Militer meningkatkan serangan udara setelah aliansi tiga kelompok etnis minoritas bersenjata, termasuk Tentara Arakan, melancarkan serangan besar-besaran pada 27 Oktober. Etnis gabungan tersebut telah merebut kota-kota di timur laut Myanmar dan merebut penyeberangan perbatasan utama untuk berdagang ke China.

Baca Juga: Pria Bersenjata Tembaki Penduduk Desa di Manipur India, 3 Orang Tewas

3. India peringatkan warganya agar tidak pergi ke Myanmar

Serangan Udara Militer Myanmar Tewaskan 17 Warga Sipililustrasi bendera India.(unsplash.com/Big G Media)

Tahun lalu, ribuan orang Myanmar menyeberang ke India setelah beberapa kelompok pemberontak etnis minoritas menyerang pos keamanan di Myanmar. Serangan itu memicu pertikaian baru di dua front, saat junta semakin menegang di tengah meningkatnya oposisi bersenjata.

Karena meningkatnya ketegangan di Myanmar, India memperingatkan warganya agar tidak berkunjung ke negara tersebut. New Delhi juga menyarankan bagi warganya yang tinggal di zona perang untuk mengisi formulir dan rincian kebutuhan yang diperlukan.

Setidaknya 151 tentara Myanmar telah melintasi perbatasan India dan memasuki distrik Lawngtlai di Mizoram pada 29 Desember 2023. Para tentara tersebut meninggalkan pos mereka di dekat perbatasan internasional, setelah menghadapi serangan dari para pejuang terkait dengan Tentara Arakan.

Baca Juga: 5 Fakta Etnis Rohingya: Asal dan Kenapa Mereka Dibenci di Myanmar

NUR M AGUS SALIM Photo Verified Writer NUR M AGUS SALIM

seorang pencari sumber angin

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Vanny El Rahman

Berita Terkini Lainnya